Lihat ke Halaman Asli

MJK Riau

Pangsiunan

Menjadi Sahabat sampai Mati: Dari TKV (2)

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di Padang Panjang Zainudin dititipkan kepada kenalan kerabat ayahnya dari Batipoh. Padang Panjang bukan saja membuat Zainudin, mendapat tempat menuntut ilmu yang baru, tetapi Zainudin juga memperoleh kawan pemuda, Muluk. Muluk sebetulnya mempunyai kebiasaan yang sangat memprihatinkan ke-dua orang tuanya, di tempat Zainudin tinggal, seolah juga mendapat teman yang dapat diajak bicara dengan kedatangan Zainudin. Kebiasaan Muluk yang kurang terpuji, karena lebih suka minum dan berjudi, bahkan mungkin juga berkelahi, membuat ayah ibu Muluk seakan makan hati. Namun Zainudin dan Muluk seperti mendapatkan satu hal di antara mereka yang membuat mereka cocok satu sama lain.

Zainudin bisa jadi merasa mendapat seorang kawan muda, yang tidak memperhatikan lagi asal-usul Zainudin, tetapi bahkan menjadikan Muluk menjadi sahabat dalam suka dan duka. Begitu juga halnya dengan Muluk, bagi Muluk, Zainudin bukan saja dapat menjadi kawan baik untuk menjaga kondisi perimbangan emosi yang sering diterimanya di rumah, yang sangat tidak kondusif, karena akibat kebiasaannya yang kurang terpuji, tetapi juga diam-diam Muluk kagum akan kelebihan ilmu yang dimiliki oleh Zainudin. Zainudin bukan saja rajin menutut ilmu agama di Padang Panjang, tetapi Zainudin juga rajin menulis.

Selama di Padang Panjang, selain masih melanjutkan hubungannya dengan Hayati melalui surat. Zainudin juga rajin menulis tentang berbagai hal. Beberapa tulisannya dikumpulkan oleh Zainudin. Walaupun Zainudin tahu, bahwa kalau dapat menulis di Surat Kabar, seseorang bisa mendapat penghasilan, tetapi Zainudin belum berpikir serius tentang hal itu. Pikiran dan jiwanya selama menuntut ilmu, masih tersita dengan hubungan cintanya dengan Hayati. Saling berkirim surat pun menjadi kewajiban yang tidak pernah ditinggalkan oleh Zainudin kepada Hayati. Bukan hanya untuk mempratekan keahliannya mengolah kata, tetapi juga untuk memuntahkan seluruh ungkapan rasa cintanya kepada Hayati. Rasa cinta yang menggelorakan seluruh urat nadi jantung dan perasan hati Zainudin kepada Hayati. Rasa cinta yang pernah hampir membunuhnya, ketika Zainudin terusir dari Batipoh.

Begitu bahagianya Zainudin, ketika mengetahui Hayati akan berada di Padang Panjang untuk beberapa hari. Demikian juga halnya dengan Hayati, selain karena di Padang Panjang Hayati mempunyai kenalan, yang juga merupakan orang terpandang, dan juga akan ada tontonan lomba pacuan sapi, Hayati sebetulnya menyimpan rahasia untuk dapat menjumpai kekasih hatinya, Zainudin.  Dua insan muda mudi yang tetap menjalin cinta sehidup semati meskipun telah terpisah secara berjauhan itu bagaikan menemukan jalan menuju kebahagiaan. Ungkapan jauh di mata dekat di hati yang selama ini mereka rasakan akan segera berubah. Mereka akan segera berjumpa di Padang Panjang. Cinta mereka akan membuat pertemuan dua sejoli ini akan tambah merasuk ke dalam jiwa.

Namun malang tak bisa diduga, mujur tak dapat diraih. Padang Panjang bukan menjadi awal kebangkitan kembali cinta Zainudin dengan Hayati, namun justru membuat hubungan Zainudin dan Hayati memburuk. Di Padang Panjang Hayati telah bertemu Zaki, pemuda Padang Panjang yang kaya raya dan bekerja di Padang, bahkan kenalannya pun ada yang berasal dari kalangan Belanda. Kalangan yang tentu menunjukkan kelas Zaki di mata msasayarakat. Ibu Zaki melihat bahwa Hayati adalah perempuan yang sangat baik untuk menjadi istri Zaki. Bagi ibu Zaki, Hayati dianggap dapat mengerem kebiasaan Zaki yang sudah dianggap kebelanda-belandaan dan bahkan diharapkan dengan menikah dengan Hayati, Zaki dapat kembali sebagai orang Minang Kabau. Dengan penuh keyakinan, bukan hanya karena ketampanan Zaki, tetapi tentu saja juga dengan kekayaannya yang melimpah dapat menjadi pertimbangan istimewa di kalangan Ninik Mamak di Batipoh dalam memutuskan pinangan Zaki kepada Hayati.

Di pihak lain Hayati merasa tidak berdaya dalam menentukan pilihan yang harus diambil, mengingat dalam adat yang berlaku, keluarga besar dalam kerabat Ninik Mamak lah yang akhirnya memutuskan pilihan apakah pinangan dari Zaki yang ditunjukan dengan seluruh kekuatan keluarga baik secara ekonomi maupun derajat keluarga Zaki di mata masyarakat, atau pinangan Zainudin yang dikirimkan melalui sebuah surat. Pinangan Zainudin memang berasal cinta yang tulus dan niat iklhas untuk mewujudkan cinta Zainudin dan Hayati menjadi sebuah keluarga yang bahagia. Namun kenyataan berbicara, bahwa Zainudin dan Hayati sama-sama dalam kondisi kemiskinan. Dapatkah hubungan cinta hanya dilandasi oleh cinta semata, kita sama-sama miskin, begitu Hayati memutuskan cintanya kepada Zainudin dan menuruti kehendak Ninik Mamak di Batipoh untuk menerima Zaki sebagai suaminya.

Hal tersebut tentu saja membuat hati Zainudin  terpukul hebat. Zainudin menderita sakit keras karena Hayati memutuskan cintanya. Tak ada obat yang dapat menyembuhkan Zainudin. Kembali rasa cintanya kepada Hayati itu, telah membunuh Zainudin. Paling tidak membunuh semangat hidupnya, bahkan Zainudin tidak hanya merasa sangat sedih ketika terusir dari Batipoh dulu, tetapi Zainudin juga benar-benar merasa hidup ini tidak ada lagi gunanya. Zainudin bukan hanya tidak mau makan, tetapi juga sering mengingau dan menganggap setiap orang yang berkunjung adalah Hayati. Perasaan Zainudin seolah sudah direnggut oleh Hayati, begitu Hayati menikah dengan Zaki. Rasa cinta kembali membunuh Zainudin.

Beruntung ada Muluk. Ya Muluk, seorang pemuda yang telah menjadi sahabat Zainudin. Pemuda putera orang yang telah menerimanya di Padang Panjang. Muluk yang walaupun mempunyai kebiasaan yang kurang terpuji, bahkan sudah terkenal sebagai parewa, yang konon gemar berkelahi, namun  secara diam diam menyimpan pujian yang tinggi terhadap kemampuan ilmu yang dimilik Zainudin. Muluk tahu bahwa dalam diri Zainudin tersimpan bakat besar untuk menjadi penulis hebat. Muluk dengan caranya sendiri memberikan nasehat kepada Zainudin.

Muluk telah membuka mata Zainudin, bahwa rasa cinta kepada Hayati tidak boleh membunuhnya, Rasa cinta kepada seseorang yang diharapkan menjadi permata hatinya itu telah direngut sendiri oleh Hayati dengan menikahi Zaki. Muluk telah memberikan harapan baru dalam mengarungi hidup. Ada rasa cinta yang lain. Bukan hanya rasa cinta sepasang kekasih yang dapat memberikan Zainudin menatap hidup dan kehidupan ini dengan penuh semangat dan bergelora bahkan berani mengambil resiko besar. Pergi  ke Jawa. Zainudin memutuskan untuk pergi ke Jakarta mengadu nasib bersama sahabat sejatinya Muluk.

Zainudin telah menemukan cinta dari seorang sahabat sejati pada diri Muluk.

Menjadi Sahabat Sampai mati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline