Lihat ke Halaman Asli

Intro - Perubahan Yang Menyejahterakan

Diperbarui: 3 Januari 2016   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih kuat dalam ingatan saya, masa di mana saya harus terburu-buru ke warnet (warung internet) untuk sekedar mengecek dan mengirim surat elektronik. Dengan tarif enam ribu per jam, saya harus berjuang untuk mendapatkan sebuah komputer yang kosong, mengingat peminat warnet cukup tinggi ketika itu. Dalam kurung 10 tahun, akhirnya bisnis warnet gulung tikar. Beberapa bertahan dengan mengubah konsep bisnisnya menjadi penyedia layanan game online yang cukup diminati kalangan remaja.

Sekarang internet ada dalam genggaman setiap orang. Saat ini kita dimudahkan untuk terhubung dengan orang lain, menyusun tugas dan mengirim pekerjaan dengan satu sentuhan. Berangkat dari fenomena ini saya mendapatkan visi bahwa tak lama lagi akan muncul sekelompok orang yang benar-benar hidup dari  koneksi internet. Pembaca mungkin tidak mempercayainya. Namun percayalah, dengan melihat berakhirnya bisnis warnet, maka dapat disimpulkan bahwa tak ada ide bisnis yang abadi, semua selalu berubah sesuai dengan tuntutan zaman.

Demikian pula dengan pekerjaan. Jika 50 tahun yang lalu pekerjaan yang menjanjikan secara finansial adalah pekerjaan-pekerjaan profesional seperti dokter, insinyur, arsitek, dan lain sebagainya. Lalu kemudian menjadi abdi negara adalah sebuah primadona. 3 tahun terakhir sudah mulai bermunculan pekerjaan-pekerjaan yang sama sekali baru. Beberapa diantaranya memanfaatkan teknologi dan koneksi internet dalam genggaman tangan mereka.

Kelompok inilah yang akan menjadi pionir sebuah gerakan baru. Gerakan perubahan tatanan kehidupan yang sempat status quo. Sebuah gerakan yang tidak mengenal lagi batasan-batasan negara. Dan gerakan kekuatan manusia ini akan semakin menguat di tahun 2016. Sebuah gerakan yang akan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat di dunia. Sebuah cita-cita yang selama ini hanya tertulis indah, namun tiada kunjung dapat terwujud.

Selanjutnya, apakah kita siap untuk membuka diri, membaca situasi dan berubah mengikuti tuntutan zaman. Atau kita bersikukuh dengan keyakinan bahwa perubahan tidak mungkin terjadi. Semua terserah pembaca.

Salam!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline