Lihat ke Halaman Asli

Memberikan Pesan yang Jelas kepada Para Jiran di Kawasan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Dimulai dari soal aksi penyadapan jiran kita di selatan , diikuti ulah jiran kita yang berupa negara kota di dekat Pulau Batam dan yang terakhir dibakarnya kapal nelayan Indonesia asal Merauke oleh jiran kita juga di timur; seluruh peristiwa ini semakin menunjukkan kepada kita semua bangsa Indonesia bahwa negeri kita dikelilingi oleh para tetangga yang siap "menyerang" kepentingan negara kita manakala salah satu diantara mereka diusik atau merasa terusik.

Bahkan dengan bahasa yang terang benderang saya ingin menyatakan bahwa secara militer negeri kita Negara Kesatuan Republik Indonesia terkepung oleh sebuah persekutuan militer atau pakta militer yang namanya FPDA alias Five Powers Defence Agreement yang beranggotakan Inggris, Australia, Singapura dan Malaysia; disamping itu kita juga tahu bahwa Papua Nugini adalah negara boneka dibawah titah dan perlindungan Australia. Berdasarkan fakta ini jelas terlihat amat logis ketika satu negara anggota FPDA diusik atau merasa terusik oleh Indonesia baik di bidang politik, ekonomi apalagi masalah pertahanan maka seluruh negara anggota FPDA rame-rame "mengeroyok"  NKRI dengan berbagai cara untuk mengganggu kedaulatan dan kepentingan NKRI meskipun dasar alasan yang digunakan untuk mengganggu itu terasa sangat naif di tengah jaman peradaban modern ini.

Betapa tidak naif jika sebuah negara yang katanya mengklaim dirinya sebagai negara maju seperti Singapura tidak paham atau pura-pura bego bahwa seorang serdadu hanya menjalan politik negara ketika dia bertugas dalam situasi dan kondisi perang, oleh karena itu amatlah tidak pantas negara mungil itu seolah menyebut mendiang Sersan Usman dan Kopral Harun  dua prajurit KKO (sekarang Korps Marinir)  bagai seorang kriminal ketika melakukan penyusupan dan pemboman terhadap kantor-kantor pemerintahan di singapura. Amatlah tidak pantas dan tidak sopan kelakuan negeri itu hingga mempermasalahkan hal yang sebenarnya menteri senior Lee Kuan Yew yang dulu jadi Perdana Menterinya sekaligus pendiri singapura sudah menganggap selesai bahkan melakukan penghormatan dengan menaburkan bunga di pusara makam kedua prajurit KKO tersebut pada tahun 1973.

Oleh sebab itu, bagi saya amatlah jelas bahwa NKRI harus kuat secara militer untuk memberikan pesan yang jelas kepada negeri-negeri jiran  untuk berpikir seribu kali sebelum mengusik kedaulatan dan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kembali saya ingin mengingatkan kepada pemerintah, parlemen dan terutama pihak militer kita untuk mempercepat modernisasi militer RI, gunakan momentum ini untuk segera memperkuat terutama kekuatan laut dan udara kita, inilah saat yang tepat untuk merealisasikan pembelian kapal selam kelas KILO dan satu skadron pesawat tempur SU-35 BM  lengkap dengan senjatanya. Inilah saatnya meminta tambahan dan menggunakan kredit ekspor dari Russia karena soal kedaulatan negara harus diperjuangkan berapapun biayanya, tak usah ragu apalagi berhitung terlalu rumit soal untung ruginya karena sudah amat jelas bahwa NKRI akan sangat merugi apabila kehilangan kedaulatannya akibat lemahnya militer kita; dampaknya diplomasi kita tak lebih dari sekedar menyampaikan selembar Nota Protes yang tidak digubris.

Sebagai contoh sudah menjadi rahasia umum bahwa kedaulatan RI diatas wilayah udara Propinsi Kepulauan Riau "direbut" oleh Singapura dan negeri mungil tersebut memperoleh pendapatan yang luar biasa besar dari penguasaan wilayah udara tersebut dari bisnis jasa pengaturan penerbangan sipil, jadi mulai hari ini Pemerintah, Parlemen dan Militer RI harus lebih serius dalam memodernisasi angkatan perang Republik Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline