Lihat ke Halaman Asli

Chrisma Juita Nainggolan

Emak berliterasi

SMA Berkibar, Beraksi Membela Negara

Diperbarui: 6 Juli 2022   12:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kemdikbud Ristekdikti

Jelang tahun ajaran baru, Kemdikbud Ristekdikti menggelar kegiatan SMA Berkibar, beraksi membela negara. Kegiatan ini dilakukan untuk menyongsong wajah baru pendidikan Indonesia dengan Profil Pelajar Pancasila (PPP). Untuk tahun ajaran 2022-2023 akan dipakai Kurikulum Merdeka, dengan salah satu elemen dasar yaitu Profil Pelajar Pancasila.

SMA Berkibar virtual adalah puncak kegiatan dari rangkaian pelaksanaan SMA Berkibar tahun 2022. Kegiatan ini merupakan aksi nyata dan implementasi bela negara seluruh pelajar SMA se-Indonesia. Tujuannya adalah agar siswa dapat memberikan kontribusi dan aksi nyata melalui kampanye dan challenge secara virtual. Selain itu, diharapkan juga agar siswa mampu menyebarkan suara aksi bela negara kepada sesama pelajar maupun masyarakat sekitarnya.

Hadir sebagai narasumber DR. Juandanilsyah (Koordinator Bidang Peserta Didik Direktorat SMA); Akhiruddin, S.Pd., M.Pd., (Ketua Yayasan SM3T Institute); Brigjen DR. Jubei Levianto (Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan); dan Irene Odelia Astono (Purna Paskibraka Nasional 2021). Dialog mengalir dengan lancar, berbagai pertanyaan disampaikan oleh pembawa acara, .

Sebagai ketua Yayasan SM3T Institute, Akhiruddin mengadakan program dikalangan siswa. Siswa SMK dilatih hasta karya untuk menghasilkan produk-produk yang benar-benar bisa sampai ketangan konsumen. Meskipun di daerah 3T mengalami kesulitan jaringan internet, tetapi tetap berupaya agar pendidikan di daerah tersebut tidak tertinggal.

Selama berinteraksi di daerah 3T, jika ada penolakan dari masyarakat setempat, maka akan disikapi secara arif. Di Setiap daerah dengan budaya yang berbeda, mulai dari Sabang sampai Merauke, tentu memiliki kearifan lokal. Namun kita harus membuka diri dengan budaya baru agar terjadi asimilasi budaya. Selain itu, kita juga harus memahami kondisi geografis daerah, agar mampu menyesuaikan gerak langkah sehingga program yang dicanangkan akan terwujud.

Wilayah-wilayah kecil di nusantara telah dijelajahi, hingga akan terciptalah Profil Pelajar Pancasila sesuai tuntutan Kurikulum Merdeka. Dengan harapan agar seluruh pelajar di Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk berbakti melalui kegiatan bela negara.

Selanjutnya, Iren, Purna Paskibraka Nasional dari Singkawang, menyampaikan bahwa salah satu motivasinya adalah kebanggaan bisa mengibarkan bendera merah putih. Selain itu cita-citanya ingin menjadi Polwan, karena Paskibraka menjadi salah satu pintu masuk. Melalui kegiatan di Paskibraka, maka Iren mampu melatih disiplin terhadap diri sendiri serta mengharumkan nama sekolah.

Sebagai upaya dari Kementerian Pendidikan agar program ini terinternalisasi, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Jika kita serius dan sungguh-sungguh, maka cita-cita akan tercapai. Kemdikbud mewadahi sekolah-sekolah, diberikan model-model untuk bela negara, sehingga kesadaran pada diri sendiri dengan kemauan, kekuatan karakter, kerja keras, prestasi merupakan wujud bela negara.

Anak muda harus termotivasi untuk ikut bela negara, baik yang di daerah perkotaan maupun pedesaan. Keberhasilan adalah milik kita semua, apapun yang kita cita-citakan sesuai dengan minat, pantang menyerah, akan bisa diraih dengan ketekunan. Bercita-citalah, tanamkan cita cita sedini mungkin, yakin akan berhasil.

Menjawab pertanyaan moderator, apakah di daerah terpencil sudah muncul bibit-bibit bela negara?. Maka sesuai pengalaman, Kemdikbud telah menyelenggarakan berbagai kegiatan sebanyak 12 kali, sebenarnya siswa punya potensi, yang dibutuhkan adalah wadah untuk berkreasi. Masyarakat di Pulau Selayar contohnya, untuk hal-hal baru mereka terpacu untuk belajar.

Dibidang Kewirausahaan, mereka mencoba berkreasi untuk memunculkan hasil maksimal. Juga melakukan kolaborasi dengan Babinsa, yang merupakan modal besar Profil Pelajar Pancasila, yaitu gotong royong. Sehingga mampu menjadi motor penggerak, agar potensi tersembunyi bisa terungkap ke permukaan. Intinya potensi anak desa dengan yang di perkotaan sama, yang penting berilah ruang agar mereka berkreasi, agar lebih percaya diri untuk memunculkan potensi. Dekati dan berikan program agar seluruh kegiatan berjalan dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline