Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan peningkatan produktivitas harus dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan. "Dalam pandemi Covid-19, kita dituntut untuk mampu menjaga ketahanan pangan, juga mewujudkan kemandirian pangan. Hal ini bisa direalisasikan jika kita mampu meningkatkan produktivitas," katanya dalam salah satu pembukaan acara sosialisasi Sistem Jajar Legowo di Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur..
Berdasarkan hal tersebut Iswahyudi Dosen Agroteknologi Universitas Islam Madura mencoba memberikan penyuluhan, praktek lapang dan pendampingan terhadap Kelompok Tani Desa Pademawu Timur berkenaan dengan Jajar Legowo. Penerapan ini disambut baik Kepala Desa dikarenakan saat itu lahan milik desa dipersiapkan untuk ditanami beras merah yang akan menjadi lahan percontohan tanaman padi milik desa.
Jajar Legowo, sebenarnya sudah tidak asing bagi petani modern, sistem ini merupakan salah satu pengaturan jarak tanam, cara menanam padi dengan pola beberapa barisan tanaman diselingi satu barisan kosong. Jarwo mengatur jarak tanam, dalam satu petak lahan ada beberapa barisan kosong dengan jarak lebih lebar ketimbang jarak antar barisan tanaman.
Para petani, sebelumnya telah diberikan materi awal dalam penerapan jarwo, lalu diajak memahami dan praktik Jarwo dilahan parcaton milik Desa Pademawu Timur di Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan di Provinsi Jawa Timur.
Sebagaimana diketahui, Jarwo 2:1 menerapkan setiap dua baris tanaman diselingi satu barisan kosong. Tipe ini memiliki satu baris tanaman pinggir dengan jarak tanam 25 cm.
Jarwo 2:1 yang direkomendasi tim pengabdian dosen untuk mengatur jarak tanam agar mampu menampung populasi tanaman lebih banyak, karena menyesesuaikan dengan kondisi dan tingkat kesuburan lahan serta varietas yang digunakan. Di lahan subur, jarak tanam bisa lebih lebar sementara pada lahan kurang subur jarak tanam bisa dikurangi.
Jarak tanam sudah disesuaikan dengan varietas padi yang digunakan, pada saat itu untuk varietas padi yang digunakan Inpari Arumba dengan pohon yang kurang lebat sehingga jarak tanamnya tidak begitu lebar.
Jawo dapat memudahkan pemeliharaan, pemupukan, penyemprotan dan pengawasan lantaran dapat dilakukan melalui barisan kosong sehingga tanaman tak terganggu. Adanya barisan kosong, lingkungan relatif lebih terbuka sehingga hama terutama tikus tidak menyukai tempat tersebut. Jarwo juga mengurangi kelembaban sehingga perkembangan penyakit bisa ditekan.
Jarwo 2:1 juga menghemat penggunaan pupuk, karena lebih terkonsentrasi pada tanaman dalam barisan. Jumlah tanaman pinggir lebih banyak, sehingga kualitas pertumbuhan dan jumlah produksi lebih baik. Tanaman di barisan pinggir memiliki ruang tumbuh lebih leluasa dan mendapat intensitas sinar matahari lebih banyak, yang akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi.
Tim Dosen dalam pengabdianya berharap sistem jarwo ini dapat terus digunakan petani pada musim tanam berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H