Dalam beberapa minggu belakangan ini, perbincangan publik seputar penemuan batu meteor masih santer diberitakan di beberapa media massa. Ada anggapan dari sebagian masyarakat bahwa batu meteor mengandung khasiat tertentu untuk pengobatan. Asumsi semacam ini merupakan hak setiap orang yang boleh berbeda mengenai batu meteor.
Sementara para ahli astronomi dan geologi pun memiliki penilaian lain. Ada yang berpendapat bahwa batu meteor justru mengandung partikel tertentu yang bisa menimbulkan radiasi berbahaya bagi kesehatan.
Kalau batu meteor dikatakan berbahaya bagi kesehatan, lantas bagaimana dengan batu tourmaline yang diklaim bisa digunakan untuk mengobati penyakit ? Keduanya bentuknya juga berupa batu. Mungkin ada anggapan berkhasiat juga bisa didasarkan pada pemahaman seperti itu, batu tourmaline dikatakan bisa menyembuhkan penyakit, apalagi batu meteor pasti tambah ampuh ?
Seperti yang pernah disiarkan di salah satu televisi nasional bahwa batu meteor yang ditemukan di Lampung dan Buleleng ( Bali ) harus diserahkan kepada negara untuk penelitian. Tentu saja, batu itu tidak akan diserahkan kepada negara oleh penemunya. Apalagi di saat pandemi ini, dimana orang pada kesulitan ekonomi. Mereka mau menyerahkan kepada negara jika ada uang penggantinya.
Sekarang kembali kepada katanya ada khasiat di dalam batu meteor untuk mengobati penyakit. Asumsi yang satu ini, mungkin sebenarnya berangkat dari keyakinan sebagian orang yang meyakini bahwa Tuhan itu ada di atas langit.
Kita bahkan sering bilang " bahwa yang di atas ( sambil mengarahkan jari telunjuk ke atas ) yang memutuskan ." Ini artinya apa, bahwa di asumsikan kalau Tuhan itu ada di atas langit. Sedangkan kepada Tuhan kita selalu berdoa memohon rejeki, pertolongan, kesembuhan,keselamatan dan sebagainya.
Sedangkan batu meteor selama ini yang mungkin sudah ratusan tahun letak posisinya di sistem tata surya di atas kita. Kemungkinan saja asumsi yang ada di benak sebagian orang bahwa batu meteor yang asalnya ada di sistem tata surya jauh di atas bumi kita, mungkin dianggap posisinya lebih dekat dengan Tuhan di langit. Sedangkan posisi kita sebagai manusia di bumi , diasumsikan jauh jarak kita dengan Tuhan, kita di bumi sedangkan Tuhan di langit.
Nah, karena mungkin ada asumsi seperti itu pada sebagian orang, dimana batu meteor yang jatuh ke bumi , dianggap mempunyai khasiat tertentu karena mungkin ada pengaruh dari Tuhan saat batu meteor belum jatuh ke bumi alias pada saat masih di atas langit.
Barangkali ada asumsi lain mengenai batu meteor yang dikatakan berkhasiat, saya juga tidak tahu. Saya sendiri biasa - biasa saja merespon berita viral tentang batu meteor.
Saya sekarang lagi mikirin bagaimana supaya tetap bisa menjaga kesehatan keluarga dengan baik dan selalu optimis berusaha dan how to survive , karena efeknya pandemi covid 19 juga berpengaruh bagi diri saya.