Kita mungkin masih dikejutkan dengan peristiwa kudeta militer di Myanmar beberapa hari yang lalu. Kita tidak tahu kudeta militer itu berdarah atau tidak, karena semua akses media di Myanmar di blokir oleh pemerintah junta militer yang lagi memegang kendali saat ini.
Sebenarnya rakyat Myanmar mempunyai pemahaman yang bagus akan arti demokrasi, apalagi mereka melihat bagaimana perjuangan panjang Aung San Suu Kyi memperjuangkan perdamaian dan sistem negara demokrasi. Mereka pun menjadi semakin bersemangat menggaungkan sistem negara demokrasi yang damai, setelah Aung San Suu Kyi dianugerahi Nobel Prize untuk perdamaian pada tahun 1991.
Masih ada kaitannya dengan kudeta militer di Myanmar, sempat viral di media masa ketika rakyat bersatu menentang kudeta militer. Hampir dari segala profesi seperti dokter, perawat, pengacara dan mahasiswa turun ke jalan dengan damai menyuarakan penentangan terhadap kudeta militer yang dipimpin oleh Jendral Min Aun Hlaing.
Ada hal unik yang menjadi perhatian saya yaitu pada saat rakyat Myanmar secara bersamaan memukuli alat - alat dapur seperti wajan, panci , dandang sebagai bentuk protes menentang kudeta militer. Tetapi yang saya lihat justru wajan yang paling banyak dipakai dan dipukuli dengan keras - keras, mungkin wajan suaranya yang paling nyaring ketika dipukuli, barangkali ya ?
Hal semacam ini, maksud saya memukuli wajan dengan kencang, jadi mengingatkan saya akan tradisi di Jawa yang juga menggunakan alat dapur sebagai sarana untuk menemukan kembali anak / orang yang hilang karena disembunyikan (digondol) oleh mahkluk halus , semacam gendruwo, wewe gombel dan jin, cara ini terbukti ampuh menemukan kembali orang yang hilang karena ulah mahkluk halus.
Jadi kesimpulan yang bisa saya maknai dari pemukulan wajan (alat dapur) diantara rakyat Myanmar dan di Jawa yang adalah perbedaan tujuan. Kalau di Myanmar, pemukulan alat - alat dapur, tujuannya barangkali untuk " mengembalikan demokrasi yang hilang akibat diambil alih oleh militer. " Sedangkan di Jawa, cara ini digunakan untuk menemukan kembali " orang yang hilang digondol gendruwo."
Akan tetapi dari kedua aktivitas itu, menurut saya juga memiliki kesamaan arti yaitu " upaya mengembalikan sesuatu yang hilang." Jika yang hilang sudah kembali maka kehidupan akan menjadi tentram kembali.
Semoga Myanmar menemukan kembali demokrasinya. Selamat berjuang rakyat Myanmar.......never surrender, itu katanya Winston Churchill.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H