Lihat ke Halaman Asli

Chuck Wisnoe

The cool.....

Antara Kudeta Militer di Myanmar dan People Power di Filipina

Diperbarui: 7 Februari 2021   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aung San Syu Kyi ( Getty Images )

A

Dua istilah di atas mempunyai arti yang hampir sama yaitu penggulingan atas pemerintah  yang berkuasa  di suatu negara. Namun yang berbeda adalah pelaku  dan tujuan  dari kedua gerakan tersebut.

Kalau people power digerakan oleh kekuatan rakyat yang sangat besar untuk  menjatuhkan pemerintah yang dinillai  diktator.  Sedangkan kudeta militer dilakukan hanya oleh kalangan militer tertentu untuk menjatuhkan pemerintah yang sah, hasil dari pemilihan umum yang demokratis. 

Kalau people power seperti yang pernah terjadi di Filipina  tahun 1986, dimana gerakan  rakyat sipil yang cinta sistem demokrasi berhasil menggulingkan kediktatoraan Ferdinand Marcos.  Gerakan people power ini terjadi karena rezim yang berkuasa dinilai  otoriter yang kejam  dan  menguasai  pemerintahan  selama beberapa periode. 

Kalau lihat sejarah sebelumnya , meskipun pada awalnya Marcos menang dalam pemilu tahun 1965 , dengan mengalahkan Diosdado Macapagal saat itu. Akan tetapi lama - kelamaan selama menjadi Presiden Filipina, Marcos dan kroni - kroninya  akhirnya menjadi pemerintahan diktator.  Penyalagunaan pinjaman luar negeri, korupsi pejabat merajalela   dan pembungkaman kelompok oposisi menjadi wajah buruk selama pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos.

Tekanan  rezim militer Ferdinad Marcos  terhadap kelompok oposisi hingga puncaknya  terjadi  peristiwa  pembunuhan tokoh oposisi Benigno Aquino,jr pada tahun 1983. Hal inilah yang memicu  gelombang  people power  yang dipimpin Corazon Aquino ( janda Benigno Aquino ). Sehingga pada tahun 1986,  akhirnya Ferdinand Marcos ditumbangkan  oleh rakyatnya sendiri  dan melarikan diri ke Hawaii, peristiwa ini akhirnya dikenal sebagai gerakan people power. Sampai akhirnya Marcos meninggal dunia di tempat pengasingannya di luar negeri , karena sakit jantung dan gagal ginjal. 

Beda lagi dengan yang terjadi di Myanmar beberapa hari yang lalu. Lagi - lagi kudeta militer terjadi lagi disana. Memang selama ini Myanmar dikenal sebagai negara yang mengalami kudeta sampai beberapa kali. Kelompok militer memang masih menginginkan berkuasa lagi di negara itu. Pemerintahan sipil  yang digulingkan oleh kelompok militer yang dipimpin Jendral Min Aun Hlaing.  Setelah itu Dewan Penasehat Myanmar negara.( State Consellor ) , Aung San Suu Kyi ditangkap lagi. 

Meskipun partai Syu Kyi NLD ( National League for Democracy ) menang  lagi dalam pemilu tahun 2020. Akan tetapi selama ini Syu Kyi tidak bisa menjadi Presiden ,  hanya sebagai  " Penasehat Negara " saja,  karena ada Undang - Undang yang sengaja  dibuat militer saat berkuasa  dimana  salah satu poin  UU tersebut melarang orang yang memiliki anak dari  warga negara asing , menjadi Presiden di Myanmar.

 UU ini sengaja dibuat untuk menjegal Aung San Syu Kyi menjadi presiden. Kita tahu bahwa mendiang suami Syu Kyi, Michael Aris, adalah warga negara Inggris.

Jadi kesimpulan yang di dapat dari semua ini, bahwa kudeta militer dilakukan oleh kelompok militer  untuk menggulingkan pemerintahan demokrasi yang sah. Dan mengganti dengan rezim  militer. Kalau sudah begini tidak ada negara demokrasi lagi. 

Sedangkan gerakan people power justru seperti kebalikannya,  yaitu gerakan rakyat  yang  jumlahnya tentu  besar  untuk menumbangkan pemerintahan diktator  yang semena - mena terhadap rakyat. Sistem negara demokrasi akan muncul kembali  sebagai penggantinya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline