Ada suatu kejadian di luar nalar yang saya alami ketika saya masih kuliah di Semarang. Tetapi pengalaman ini bukan terjadi di Semarang akan tetapi di Surabaya , kota kelahiran saya. Seingat saya pada tahun 1990 , masih awal - awalnya saya kuliah di UNDIP kala itu.
Ceritanya seperti ini , saya waktu itu malam hari sekitar jam 23.00 mau balik ke Semarang . Kalau pergi ke Semarang malam seperti ini , saya harus ke terminal Wonokromo ( Terminal Purabaya / Bungurasih masih belum ada ). Kalau pagi baliknya , saya masih bisa naik bis dari terminal Jembatan Merah.
Pada saat saya mau balik ke Semarang , saya waktu itu diantar oleh Bapak ( almarhum ) dibonceng naik vespa menuju ke terminal Wonokromo yang jaraknya lumayan jauh di tempuh karena rumah saya di daerah Tanjung Perak kurang lebih. 20 km dari ujung utara menuju ke ujung selatan Surabaya.
Sesampai di bawah jembatan penyeberangan mayangkara ( red = jembatan dekat Bonbin Surabaya ) saya turun dan pamitan sama Bapak. Lantas , untuk menuju ke terminal Wonokromo saya harus naik melalui jembatan penyeberangan yang waktu itu gelap tidak ada penerangan lampunya alias lampunya mati , jadi suasananya gelap di atas jembatan itu.
Tanpa pikir panjang , saya bergegas naik ke atas jembatan, ....duk ...duk bunyi sepatu saya menyentuh tangga jembatan yang terbuat dari besi saat itu. Gelap jembatan itu karena tidak ada lampu yang hidup , nah pas , di ujung atas jembatan , saya melihat ada 2 orang lelaki cangkruk sambil mengisap rokok. Saya lewat di depan ke dua orang itu sambil melangkah memanggul tas ransel saya.
Saya melangkah terus aja tanpa ada rasa takut sedikitpun saat itu , biasa anak surabaya khan harus bongol ( red = berani ). Eh ...ketika sampai hampir di tengah jembatan , dari sisi sebelah barat jembatan , sayup - sayup saya mendengar bunyi ting...ting di ujung sebelah sana. Wadow , saya lihat ada segerombolan anak muda jumlahnya kira - kira 10 orang yang gak taunya lagi minum minuman keras , baunya alkohol menyengat.
Saya perlambat langkah saya , dalam benak ini bergejolak takut , mau kembali apa nggak ya. Saya sadar bahwa daerah Wonokromo ini rawan begal / penodongan. Saya punya saudara pernah mengalami penodongan di kawasan itu.
Lantas apa yang harus saya lakukan melihat situasi seperti ini karena saat itu saya lagi mengantongi uang 1 juta untuk bayar SPP dan uang kost. Saya takutnya bukan main saat itu , karena saya pikir kalau lewat depan gerombolan orang gak jelas yang lagi. mabuk itu pasti saya akan dikompas ( red = dibegal ) dan uang saya pasti akan diminta.
Tiba - tiba , saya ingat suatu amalan doa yang sering saya baca waktu kecil. Saya hapal nglotok doa itu, saya sering membaca doa ini yang sebenarnya saya gunakan untuk membungkam anjing. Maklum saya waktu kecil paling takut sama anjing karena banyak tetangga dekat rumah yang memelihara anjing. Tidak main - main yang dipelihara anjing herder yang gede banget.
Lalu saya manyakinkan diri dan pasrah sama Tuhan, saya yakin hanya Tuhan yang mungkin bisa melindungi diri saya saat itu. Saya pasti tidak berdaya jika harus menghadapi preman sebanyak itu , kalau jumlanya 1 atau 2 orang akan saya lawan tetapi ini banyak , bisa mampus gua dikeroyok.