"Klo rapat PP Muhammadiyah P.Malik Fajar minta izin kluar ruangan. Kt-nya, "Sy mau masuk NU dulu", kemudian merokok."
Kalimat di atas adalah twit Menkopolhulkam Mahfud MD pada 15 Oktober 2015 lalu. Saat itu ia tengah membahas masalah rokok yang lebih kerap diidentikkan sebagai kebiasaan warga NU dibanding dengan warga Muhammadiyah.
Muhammadiyah Yang Serba Formal
Membaca sebuah artikel yang dimuat IbTimes.id yang bertajuk Menjaga Ukhuwah Muhammadiyah-NU, penulis makin yakin terhadap penilaian sepihak atas sedulur-sedulur di Muhammadiyah. Yakni bahwa para pengikut Muhammadiyah memiliki kelebihan dalam level "keteraturan" dibanding saudara mudanya di Nahdlatul Ulama (NU).
Contoh sederhana mengenai waktu, orang-orang NU itu sudah kelihatan kurang disiplinnya. Misalnya saat pengajian. Meski di undangannya jelas tertulis waktu dimulainya acara, belum tentu kegiatannya dimulai tepat pada waktunya. Kalau ditanya, alasannya ada saja.
"Nggak apa-apa molor dikit, mas. Di undangan itu 'kan tertulis WIB, artinya Waktu Insyaallah Berubah..". Meski anekdot, kenyataannya juga nggak jauh-jauh amat, hehehe ..
Kini, Muhammadiyah pun berkembang menjadi organisasi keislaman modern yang merambah pelbagai bidang, bukan hanya di sektor keagamaan melainkan juga di bidang sosial kemasyarakatan. Ormas ini mampu mendirikan dan mengelola banyak lembaga pendidikan dari yang belum tinggi (TK, tsanawiyah dan aliyah) hingga perguruan tinggi, punya banyak rumah sakit dan lain sebagainya.
Pantaslah tema yang di angkat dalam muktamarnya beberapa tahun lalu adalah Islam Berkemajuan.
Nahdliyin Yang Lucu
Sementara itu, NU yang 12 tahun lebih muda memiliki jalan yang berbeda. Meski penulis haqqul yaqin berpendapat mereka berdua sejatinya masih beriringan.