"Biarkan (buku) sampah dibaca sampah, barang sampah, penulisnya sampah. Bagi saya begitu saja karena tidak memenuhi kadar. Gak ada yang bisa memperkuat satu pun bahwa ada dokumen yang seperti itu," ujar Fuad Bawazier menanggapi buku "Menjerat Gus Dur" sebagaimana diberitakan CNN Indonesia.
Berawal dari "Sampah"
Buku yang dirilis pada penghujung tahun 2019 itu bermula dari ditemukannya sebuah dokumen rencana pemakzulan Gus Dur yang berupa surat dari Fuad Bawazier kepada Akbar Tanjung yang diyakini keotentikannya.
Saat itu, sekitar 2,5 tahun yang lalu, Virdika Rizky Utama yang meliput pemberitaan tentang Setya Novanto di kantor DPP Golkar secara tak sengaja menemukan 4 lembar catatan pada tumpukan berkas yang tengah dibereskan oleh seorang petugas kebersihan.
Penemuan itu ditindaklanjutinya dengan proses validasi diantaranya dengan mewawancarai para pihak yang terlibat di dalamnya, termasuk Fuad Bawazier.
Menanggapi pernyataan Fuad yang menyebut bukunya sebagai sampah, Virdika menanggapinya dengan santai.
"Saya anggap lucu aja. Ya nggak apa-apa sih. Kalau dia menyebut buku ini sampah, kan saya mewawancarai dia," ujarnya sebagaimana dikutip NU Online. "Padahal dia ini sosok intelektual lho. Tapi komennya kok nyebut sampah," sesalnya.
Respon Keluarga dan Orang Dekat
Adik kandung Gus Dur, KH. Sholahuddin Wahid (Gus Solah) turut memberikan tanggapan mengenai dilengserkannya Gus Dur dari tampuk kekuasaan. Dia mengatakan bahwa semua partai di parlemen terlibat dalam pelengseran itu, termasuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kala itu dipimpin oleh Mathori Abdul Jalil.
Disebutnya pula, ihwal pelengseran itu dipicu oleh keinginan Gus Dur untuk membubarkan DPR yang memperbesar porsi politik dalam pemakzulan tersebut. Demikian dilansir Tempo.