Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Indra

TERVERIFIKASI

Swasta

Jomblo Itu Pilihan, Bertindak untuk Tak Jomblo Itu Kewajiban

Diperbarui: 27 Desember 2019   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto. Womantalk

Namanya Jessica binti Sabeni, panggilannya Pipit. Umurnya 23 tahun dan baru lulus dari sebuah perguruan tinggi di Bandung. Sudah 2 pekan dia duduk di kubikal sebelah. Namun kami belum sempat bertanya jawab, hanya 'say hi' saat bertemu di selasar atau loby lift. Tentu kamu heran kenapa aku bisa tahu sekelumit hal tentang dirinya. Itu tak mustahil, wong atasan langsungnya itu teman makan siangku. 

Jomblo, Suka Takut Salah Ngomong

Ada 2 hal yang ditakutkan seorang yang belum mendapatkan pasangan atau calon pasangan hidup --selanjutnya kita sebut sebagai jomblo-- saat mendapatkan lawan bicara seorang wanita yang ingin dia seriusin

Pertama, takut salah omong, ke dua nggak nemu materi pembicaraan. Mungkin bagi individu lain, ada hal ke-3, ke-4 dan seterusnya, tergantung pada kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan. Namun bagiku, 2 alasan tadilah yang utama. 

Pertama kali datang, sosok perempuan berkerudung itu begitu menarik perhatian. Di usiaku yang hendak menginjak dasawarsa ke-3 ini, tak ada pikiran lain saat melihat seorang wanita cantik selain memperkenalkannya kepada ibu bapakku sebagai seorang gadis yang akan mereka lamarkan untukku. Sungguh pikiran yang cukup keterlaluan bagi seorang dengan 2 masalah serius yang kusebutkan di atas.

Tapi apa daya, life must go on dengan segala keterbatasan dan ketidakberdayaanku. 

Mendapat dukungan dari teman tak lantas membuatku menyusun skema proses akuisisi hati Pipit. Berbagai pertanyaan dalam hatiku menyeruak. Seperti, bagaimana nanti kalau dia ternyata sudah punya calon? Karena rasanya mustahil seorang gadis dengan penampilan seperti dia kok masih jomblo. Atau kalau akhirnya berani nembak tapi ditolak, apa nggak tengsin dan jadi rikuh secara kami cuma berdampingan kubikal. 

Ah, nggak jalan-jalan.

Jomblo, Yang Action-nya Kalau Kepepet

Selayaknya para jomblo lain, pertanyaan creepy yang selalu memainkan emosi adalah 'kapan nikah?' dan variannya. 

Bagi si penanya, kalimat interogatif semacam itu bisa saja tak memuat unsur lain selain murni sebagai sebuah pertanyaan. Namun bagi seorang jomblo sejati, kalimat itu bisa saja mengakibatkan aktivitas seismig yang signifikan dan merangsang terjadinya sebuah gelombang besar emosi kejiwaan. Mau marah nggak enak, wong yang nanya pakdhe atau budhe. Nggak diluapin kok rasanya juga nggak enak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline