Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Indra

TERVERIFIKASI

Swasta

Zakir Naik, Salafi dan Kontroversi

Diperbarui: 19 Agustus 2019   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dr. Zakir Naik | Foto malaysiakini.com

Nama lengkapnya Zakir Abdul Karim Naik. Lahir di Mumbai, India pada 18 Oktober 1965. Dia dikenal sebagai seorang ahli debat muslim yang tiap acaranya dihadiri oleh ribuan audiens dan diisi dengan dialog baik dengan kalangan umat Islam maupun non muslim.

Di negaranya, India, Zakir dianggap berbahaya oleh pemerintah hingga menyebabkan pelariannya. Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak, tepatnya pada 2015, Zakir mendapatkan status permanent resident dari pemerintah Malaysia. 

Hal itu disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri Malaysia menanggapi isu yang dihembuskan oleh media India bahwa ahli debat tersebut telah menjadi warga negara Malaysia. 

Malaysia Terima Zakir Naik?

Permanent resident adalah status yang diberikan kepada seseorang/ekspatriat untuk tinggal di Malaysia selama waktu yang tak ditentukan, misal terkait dengan pekerjaan. 

Seseorang yang mendapatkan status ini dapat mengajukan permohonan untuk diberikan status kewarganegaraan setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah federal Malaysia diantaranya telah tinggal di negara itu selama 12 tahun terakhir. 

Selain di Malaysia, Zakir pernah berpindah tempat di beberapa negara seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain. Sementara di negera kelahirannya, dia justru ditetapkan sebagai buronan dengan tuduhan terorisme. Organisasi yang didirikannya Zakir, Islamic Research Foundation (IRF) pun ditetapkan sebagai organisasi terlarang. 

Pada 2017, pemerintah Malaysia mendapatkan gugatan dari belasan aktivis yang meminta agar pemerintah menetapkan Zakir Naik sebagai bahaya nasional. 

Selama sepekan ini, Zakir mendapatkan kritik tajam dari publik Malaysia terkait ungkapan yang ditujukannya kepada etnis Cina di negara itu. 

Pernyataan dalam sebuah dialog pada 8 Agustus 2019 lalu itu dipicu oleh tuntutan sebagian orang yang menyebutnya sebagai tamu yang pantas untuk dideportasi. 

Zakir pun membalas dengan mengatakan bahwa jika dia yang seorang tamu patut diminta pergi, warga Cina yang lebih lama bertamu pun selayaknya diperlakukan sama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline