Lihat ke Halaman Asli

[Fabel] Cerita Raja Rayap

Diperbarui: 7 November 2015   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Imam Muttaqin | Nomer: 118

___________________________________

Bulir-bulir air hujan menyusur celah rekah. Merasuk jauh ke dalam gelap rongga tanah, hingga Istana Isoptera pun dilewatinya. Luncur air itu adalah rupa kanal bagi bangsa Rayap menuju Dunia Atas. Dunia dimana Rayap dari Kasta Alates kan berusaha mencari hangat, melawati beragam ancaman, dan merengkuh cahaya sebagai jaminan terus hidup mulia bersambung penobatan raja-ratu.

Ada empat koloni dalam kasta Rayap Alates, dan selalu setiap musim terbagi dalam angka itu. Tegar, Sio, Joko, dan Aminah adalah pimpinan tiap koloni. Tegar adalah rayap hitam besar tiada gentar. Sio berkulit pucat penuh perhitungan peruntungan. Joko kalem patuh teguh menjalani nilai laku leluhur. Aminah, betina cerdas, seolah tiada lelah saat berfikir.

Hari-hari awal bulan penghujan adalah hari penentuan, mereka bersiap sedari sebelas purnama berlalu. Seragam pun telah rapi dikenakan, dan resmi disematkan pada mereka julukan: LARON. Bilah-bilah multi-fungsi tiada lupa mereka bawa, berfungsi sebagai dayung tatkala perjalanan dari Istana ke hulu kanal, dan sesampai diatas dipasang di pundak sebagai sayap.

-----

Dunia atas; siang baru saja menghilang. Batu langit beradu tumbuk gemuruh, kilat petir menyobek hitam malam, gerimis mulai turun..

Tegar perintahkan pasukan segera bersiap. Perintah itu bukan tanpa alasan. Lembab mulai terasa mendekap, hangat harus segera ditemukan, kering kanal mulai terairi, dan samar cahaya sedikit tampak. Perihal ‘hening’ Tegar meragu,.. seolah telinga mendengar suara deru di atas sana yang ia belum tahu, atau sebatas mendengar kencang degup jantung mulai berdebar takut?. Tegar memangkas ragu itu. “Toh lembab ini mula pertanda kematian, yang penting mencari hangat.. mencari harapan” Tegar pun meloncat ke kano.. mulai mendayung membelah gelap,.. diikuti oleh ribuan kano pengikutnya..

-----

Dunia atas; hitam malam pudar berangsur tipis kelabu, matahari masih rabun,.. gerimis berselimut kabut, fajar menjelang pagi..

Sio masih duduk diam seolah terpaku, merenung. Sesekali kepalanya menengadah ke atas, lalu kembali tertunduk.. mata kembali terpejam, berusaha merasakan timbang peruntungan. Tiba-tiba ia berdiri beteriak memecah hening barisan. “Ini saatnya!” singkat teriak Sio. Cahaya meski remang namun terus menerang, hangat semakin meruang, hening tanda prasyarat telah ia dapati, dan kanal mengalir bening. Subuh, Sio dan pasukannya berangkat,.. mendayung kano sekuat tenaga melawan arus, mendaki curam,..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline