Lihat ke Halaman Asli

Kisah Lekuk Kerut

Diperbarui: 5 November 2015   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umur jauh sudah melangkah, mujur tersungkur lumrah

Kulit kapalan lelah berjalan, banyak noda tertinggal tertahan

Mentah mereka berkata: “Hei!, itu wajah bau tanah!”

Teliti susuri tiap sudut jalan kerut, memandangku seolah ku tak pernah ayu,..

 

Mereka tawarkan urug parit kerut, lubang ditambal layaknya aspal,..

Mereka sudi mengamplas, merata kulit serupa rata lantai teras..

Mereka terus menggoda, merayu menyamak kulit wajah baru..

Aku tak mau!, sama saja menghapus kenangan tersimpan!

-------------

Kerut hidung turun perlahan ke tepian bibir, papasan maut kala anak terlahir..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline