Lihat ke Halaman Asli

Masilatul Khoiroh

mahasiswa UIN syarif Hidayatullah

Akhlak Individu dan Akhlak Sosial

Diperbarui: 1 Desember 2023   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Pengertian Akhlak Individu dan Akhlak Sosial


 Pemahaman Manusia Terhadap Individu dan Masyarakat Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah keadaan jiwa yang mengakar kuat dan mudah menuntun pada tindakan  tanpa memerlukan pemikiran atau musyawarah.
 Ibnu Miskawaikh menjelaskan bahwa akhlak adalah suatu kualitas yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.
 Oleh karena itu, sifat-sifat akhlak individu adalah sifat-sifat yang berakar pada jiwa atau kondisi jiwa setiap orang dan menimbulkan sikap dan perilaku individu terhadap Tuhan.
 Sedangkan moralitas sosial adalah sifat dan keadaan jiwa setiap individu yang menghasilkan sikap dan perilaku individu  terhadap manusia lain, alam, dan lingkungan.
 Oleh karena itu, perbedaan akhlak individu dan akhlak sosial bukan terletak pada subjek akhlaknya, melainkan pada objek akhlak itu sendiri.
 Orang yang menyatakan tiada Tuhan selain Allah dan taat beribadah kepada Allah, mempunyai akhlak pribadi yang baik.
 Apabila seseorang mempunyai akhlak yang baik terhadap sesama manusia, alam, dan lingkungan, maka ia juga mempunyai akhlak sosial yang baik.
 Moralitas pribadi yang baik akan menghasilkan kesalehan pribadi, dan moralitas sosial yang baik akan menghasilkan kesalehan sosial.
 Baik kesalehan pribadi maupun kesalehan sosial hendaknya menyatu dalam diri setiap muslim, sehingga menghasilkan pribadi yang serasi, serasi, seimbang dan stabil.
 Keduanya bisa dibedakan, namun tidak boleh dibeda-bedakan bagi seluruh umat Islam.
 Ibnu Manzuhr mengatakan bahwa  secara etimologi kata Shari berasal dari kata kerja salah yashruf fars atau al-fars yang berarti orang yang berbuat baik dan memperbaiki diri.
 Oleh karena itu, taqwa berarti kebaikan, ketaatan, kejujuran, keselarasan dengan lingkungan, keselarasan, keinginan hidup  seimbang  dan menjadi manusia yang terpuji.
 Di sisi lain, seperti yang dikatakan Pak Al Zujaji, ketakwaan itu penting dalam Islam.
 Al-Zujaji dkk mengatakan, ``Orang yang bertakwa adalah orang yang menunaikan sepenuhnya hak-hak Allah dan hamba-hamba-Nya.
'' Kata shari (saleh) adalah kebalikan dari rusak atau hancur.
 Jika kita bandingkan kata "syari" dengan "seseorang", maka yang dimaksud adalah seseorang yang tidak mempunyai cacat sedikitpun dalam hidupnya. Orang yang saleh adalah orang yang sempurna luar dan dalam.
 Perkataan dan perbuatannya berada pada jalan yang diridhai Allah. "

 B. Akhlak Individu dan Akhlak Sosial Membentu Keperibadian Muslim
 Proses Pribadi dan Pencapaian Sosial yang Membentuk Kepribadian Muslim Kepribadian Muslim adalah identitas Muslim yang meliputi kehidupan, kesadaran, keimanan, eksistensi, jati diri pribadi, dan shibgah.
 Atau identitas khusus yang membedakannya dengan pemeluk agama  lain.
 Kafa atau kepribadian umat Islam yang terpadu senantiasa dibentuk oleh kebiasaan berpegang teguh pada akhlak pribadi yang terpuji dan akhlak sosial, dengan kata lain,  oleh kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.
 Oleh karena itu, seorang muslim yang mempunyai kebiasaan mengamalkan kesalehan pribadi dan kesalehan sosial secara terpadu,  serasi, serasi dan seimbang akan memiliki karakter Muslim Kafa.
 Keduanya berperan dalam membentuk kepribadian seorang muslim kafa bahkan menjadi andalan.
 Sesuai dengan penjelasan Al-Qur'an tentang akhlak pribadi dan akhlak sosial yang terpuji, Nabi menetapkan lima landasan akhlak umat Islam dan menjadikan dirinya sebagai tokoh sentral yang menjadi Uswatun Hasana (teladan yang baik) bagi umat.
 Yaitu :

 1. Dasar Yang pertama adalah keyakinan yang benar yang dilandasi oleh keimanan yang benar dan mendorong  tindakan langsung.
 2. Landasan yang kedua adalah  setiap umat Islam berusaha untuk menjadi pribadi yang dekat dengan cita-citanya dan menjadi teladan dan panutan yang baik bagi orang lain.
 3. Landasan ketiga adalah mengembangkan kemampuan menjadi manusia pembelajar yang mencintai ilmu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan.
 4. Landasan yang keempat adalah kesabaran dalam beribadah.
 Hal ini membuat kita bisa mengenali hakikat pengabdian kita sendiri, yaitu selalu membutuhkan Allah.
 Landasan kelima adalah semangat perjuangan untuk mewujudkan tujuan hidup dan kehidupan umat Islam yang ideal.


 C. Kepribadian Muslim Kafah
 Kepribadian Seorang Muslim Kafa Berdasarkan lima landasan di atas, kepribadian muslim kafah sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya adalah jati diri muslim yang memiliki keyakinan, kesadaran, eksistensi, dan sibgah atau identitas khusus yang membedakannya dari pemeluk agama-agama lain. Sibgah seorang muslim itu dapat dirinci sebagai berikut.

1. Tauhid atau Muwahid
2. Ibadah
3. Amal Saleh
4. Jujur dan kejujuran
5. Ikhlas atau pribadi mukhlis
6. Ridha allah
7. Rendah hati
8. Hidup membawa manfaat lebih banyak bagi orang lain
9. Cerdas atau kecerdasan
10. Mencintai ilmu
11. Cinta damai atau penggiat perdamaian
12. Istiqomah mudawwamah
13. Muruah
14. Sabar, tangguh dan ulet
15. Tawakkal
16. Mencintai allah dengan mencintai alam
17. Kepedulian sosial
18. Hidup terorganisir untuk menguatkan persaudaraan muslim

Penulis: Masilatul Khoiroh

Dosen pengampu: Dr. H. Hamidullah Mahmud, LC,MA. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline