"Gundul gundul pacul-cul gembelengan. Nyunggi - nyunggi wakul kul gembelengan, wakul ngglimpang segane dadi sak latar, wakul ngglimpang segane dadi sak latar". Raden Said (Sunan Kali Jaga).
Ada yang masih ingat kapan pertama kali diperkenalkan dengan lagu ini?. Lagu yang biasanya diajarkan untuk lagu - lagu dolanan ini ternyata memiliki makna yang sangat mendalam. Kanjeng Sunan Kali Jaga sebagai pencipta lagu ini tentu tidak hanya sekadar lagu saja, apalagi sekelas beliau yang juga adalah wali sanga sang pengemban dakwah yang sukses berdakwah lewat kebudayaan termasuk lagu ini tentunya. Lalu apa sebenarnya yang ingin disampaikan Sunan Kali Jaga lewat Gundul - Gundul Pacul ini, mari simak!.
Baca juga: Dinamika Kepemimpinan dalam Lirik Lagu "Gundul-gundul Pacul"
Gundul Gundul pacul cul gembelengan
Gundul selalu identik dengan kepala yang mengartikan pimpinan, bisa juga bearti polos, tak punya ilmu. Pacul atau dalam bahasa Indonesia yang bearti cangkul yang melambangkan rakyat. Gembelengan artinya sembarangan. Jika disimpulkan bait pertama ini menceritakan bahwa seorang yang masih gundul, yang masih tidak punya pengetahuan janganlah gembelengan atau sembarangan.
Baca juga: Filosofi Gundul-Gundul Pacul Sunan Kalijogo Buat Pemimpin “PALSU” Antagonis
Nyunggi - nyunggi wakul kul gembelengan.
Nyunggi artinya membawa sesuatu diatas kepala. Wakul adalah tempat nasi. Nyunggi wakul artinya membawa tempat nasi diatas kepala. Dimana jika dalam sebuah kepemimpinan, nasi bisa bearti sebuah amanah dengan sistem hukum adalah wadahnya. Betapa mulianya amanah itu hingga diletakan diatas kepala. Namun itulah watak pemimpin, dengan segala amanah yang telah ia emban, jangan sampai gembelengan.
Baca juga: Filafat Kepemimpinan Dalam Lagu Gundul-gundul Pacul
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar.
pada lirik terakir inilah akibat dari segala yang dilakukan seorang pemimpin yang gembelengan dalam menjalankan amanah. Wakul ngglimpang seganane dadi sak latar mempunyai arti tempat nasi itu jatuh dan nasinyapun jadi berserakan.