Lihat ke Halaman Asli

Bermetafora Dengan Kehidupan

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Keburukan memiliki cara cerdas untuk berteman dengan kebaikan, agar dapat membawa kebaikan berpihak kepadanya”

***

Metafora, mengandung unsur-unsur yang kadang-kadang tidak disebutkan secara eksplisit. Definisi metafora menurut Beekman dan Callow (1974) adalah suatu perbandingan yang implisit. Metafora disebutkan oleh Pradopo (1994:66) merupakan bentuk perbandingan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.

Tak ada salahnya bermetafora dalam menulis sebuah tajuk kolom atau opini, beranalogi dnegan apapun yang melintas dalam keseharian dan dihubungkan dengan topik yang ingin disajikan kepada pembaca. Menulis menggunakan sudut pandang metafora bukan juga hal yang mudah, tak semua orang mampu melakukannya. Berandai andai dengan kenyataan dan menafsirkannya dengan pokok bahasan.

Di beberapa media cetak bahkan beberapa pimpinan redaksi memiliki satu kolom khusus yang selalu up to date yang berisi opini, sebagian besarnya adalah bermetafora. Mengulas topik topik hangat dengan metafora yang mudah dipahami bahkan oleh orang awam sekalipun. Menyampaikan gagasan ringan dengan maksud mendalam agar memberi warna lain dalam berperspektif tentang sebuah masalah.

Bermetafora dalam penulisan akan menjadikan gambaran hidup tentang si penulis, kemampuan si penulis menelisik hal hal sepele dalam hidup dan mengaitannya dengan topik besar yang hendak ditulisnya. Bermetafora menjadikan si penulis terlihat berwawasan luas dan mampu melihat kedalaman masalah yang hendak dibahasnya.

Dalam kehidupan banyak sekali didapati orang orang bermetafora, membandingkan banyak hal dengan hal yang sejatinya tak memiliki kaitan sama sekali. Metafora dalam penulisan tak singkron dengan metafora dalam kehidupan. Bermetafora dalam kehidupan menjadikan seseorang terlihat menjadi pribadi yang culas, pembohong dan bahkan sok tahu.

Kehidupan menghargai nilai nilai kejujuran dan kepolosan, namun kehidupan juga masih menganggap nilai nilai diplomatis sebagai jalan keluar paling bijak yang masih mungkin diberikan. Metafora dalam kehidupan mengambil jalan pintas dengan cara menutupi keburukan dan mengumbar kebaikan.

Walau bagaimana pun manusia bermetafora, orang yang memiliki naluri yang sehat akan dapat mengendusnya sebagai sebuah kekurangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline