Lihat ke Halaman Asli

Widji Thukul Mood Boster-ku

Diperbarui: 27 Februari 2016   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: Indoprogres.com"][/caption]

            Entah mengapa saat ini begitu terasa melankolis. Setidaknya ini yang kurasakan. Ini bukan tentang diri ini jengah dengan issue LGBT yang begitu dominan sehingga seolah masyarakat begitu terbuai dan melupakan jika UU baru yang katanya terindikasi untuk melemahkan KPK hampir disahkan oleh Parlemen,  atau begitu progresifnya media entertainment memberitakan laku penyimpangan seksual artis, entahlah….

            Rasa melankolis ini semakin memuncah ketika ingatan menyasar sosok yang begitu konsisten dalam menyuarakan pikirannya ketika berhubungan dengan masyarakat marginal di Indonesia. Tokoh itu bernama Wiji Thukul. Beliau yang memiliki nama lengkap Widji Widodo ini adalah salah satu orang yang paling ditakuti oleh Rezim Orde Baru, sekaligus adalah sosok yang paling sering dicari.

            Beliau ditakuti bukan karena secara fisik memiliki postur tubuh yang mumpuni ketika berduel. Namun beliau menjadi orang yang paling ditakuti karena buah pikir dalam bentuk puisi  yang konsisten menyerang segala bentuk ketidakadilan social yang terus menerus dan terjadi di masa Orde Baru.

            Beliau ditakuti bukan karena memiliki harta melimpah sehingga mampu membiayai pasukan untuk memukul balik segala tindak represif pemerintah dikala itu terhadapnya. Beliau ditakuti karena secara sadar melakukan berbagai bentuk penyadaran terhadap masyarakat miskin melalui sanggar teater dan melukis yang di inisiasi oleh beliau.

            Pria yang lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Lahir dari lingkungan keluarga yang pas-pasan justru menjadi pemicu untuk berpihak pada masyarakat miskin, dengan segala upaya yang masih jauh dari kata sempurna namun berkesan hingga saat ini. Bakat menulis puisi beliau, mulai kelihatan ketika masih berstatus siswa di tingkat Sekolah Dasar.

            Melalui puisi tersebut kemudian beliau menyuarakan berbagai bentuk ketidakadilan yang terjadi disekelilingnya. Melalui puisi, beliau mengurai kamarahan dibungkus kata santun yang tersistematis. Dan melalui puisinyalah akhirnya Orde Baru ketar-ketir, sehingga memilih cara yang paling nista hanya sekedar untuk menghentikan geliat suara-suara keresahan akan realitas social dari Beliau.

            Salah satu bait pada puisi “PERINGATAN” yang paling menginspirasi untuk anak muda yang doyan menjadi berkesadaran adalah:

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline