Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa Hari Ini

Diperbarui: 16 Januari 2016   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Sumber Gambar: Solopos.com

Hastek saveRonnyUNJ telah mencapai anti klimaks, setelah dengan tergopoh-gopoh akhirnya pihak Rektorat dalam hal ini Rektor mencabut SK Drop Out yang dikeluarkan atas tuduhan melakukan pencemaran nama baik melalui media social sehingga dijebak dengan dalih UU IT. Ada beberapa hal yang bisa jadi hikmah dari kasus tersebut, mulai dari yang paling rendah setidaknya jumlah follower dan teman Ronny menjadi bertambah di akun media social beliau hingga landasan fikir dari sang Rektor dalam mengeluarkan SK DO yang bagi sebagian besar mahasiswa merupakan momok menakutkan. Apalagi yang sudah melewati dunia kemahasiswa dalam empat semester dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) dibawah rata-rata atau  jumlah semester yang diikuti sudah 8 semester keatas. Hal yang berbeda dirasakan bagi golongan mahasiswa yang menasbihkan dirinya menjadi fungsionaris lembaga mahasiswa dan atau aktivis mahasiswa (caileeee….). Karena bagi golongan mahasiswa yang ini, menjadi fungsionaris lembaga mahasiswa dan atau aktivis mahasiswa merupakan pilihan hidup setidaknya ketika masih berstatus mahasiswa. Sehingga memahami segala bentuk konsekwensi yang muncul atau minimal berusaha dengan sangat keras untuk menerima akibat dari mereka (setidaknya tahapan terberat adalah meyakinkan Orang tua yang banting tulang di kampong..hehehehe).

 

#MAHASISWA HARI INI

Menjadi mahasiswa saat ini sudah sangat indah jika kata mudah masih terlalu jauh mengingat semakin melangitnya biaya pendidikan di Negara ini menyusul berais statusnya beberapa Universitas Negeri menjadi BHMN. Mengapa kata indah? Karena menjadi mahasiswa hari ini seolah lingkungan mempermudah segala bentuk kesulitan yang dihadapi mahasiswa era 90-an hingga awal 2000-an. Mulai dari kesulitan untuk mencari referensi (buku) yang setidaknya hanya terdapat di Perpustakaan karena harga di Toko buku masih selangit jika dihubungkan dengan jumlah kiriman yang didapat dari kampong hingga ruang dan waktu saat ini sudah semakin terlipat (jika meminjam terminology Bung Yasraf Amir Piliang). Ketika dulu mahasiswa untuk sekedar mengatur jadwal pertemuan entah untuk kerja kelompok atau hanya untuk sedikit bertengkar tentang bagaimana Almukarommah Karl Marx mampu mengkaji penindasan kaum Kapitalis terhadap kaum Proletar hanya bergantung pada komitmen verbal yang tercipta ketika bertemu di kampus dan selebihnya saling percaya saja untuk memenuhi janji antara satu sama lain. namun apakah dengan kondisi yang indah ini kemudian akhirnya berbanding lurus dengan kualitas mahasiswa hari ini? lagi-lagi batasan ini hanya dari pikiran dangkal penulis.

##(Ber)KUALITAS(kah) MAHASISWA (?)

Kata Kualitas jika merujuk pada KBBI: tingkat baik buruknya sesuatu; kadar. Atau dengan kata lain kata kualitas akhirnya merujuk pada sebuah penilaian keadaan akan kata yang dilekatkan setelahnya. Dan bagaimana ketika kata mahasiswa diletakkan setelah kata kualitas itu sendiri?. Menjadi mahasiswa hari ini, bukan hanya membutuhkan buku dan alat tulis (saja), karena masih harus dilengkapi juga dengan sarana eektronik juga. Mulai dari Laptop hingga smartphone. Ini menjadi penting dan akhirnya secara pelan tapi pasti menggeser peran dari buku dan alat tulis tadi. Ketika dulu belajar kelompok sangat bergantung pada teman yang memiliki jenis tulisan paling indah, saat ini belajar kelompok sangat bergantung pada tempat yang memiliki jaringat internet public tercepat atau hari ini dikenal dengan tempat nongkrong. Atau jika dulu para fungsionaris lembaga mahasiswa dan atau aktivis mahasiswa melakukan pertemuan dengan bermodalkan papan tulis, buku dan alat tulis, saat ini mereka cukup dengan bermodalkan smartphone untuk merekam jalannya pertemuan atau bermodalkan laptom dan proyektor. Ketika dulu mahasiswa membutuhkan tempat yang luar hanya unutk sekedar menyimpan tumpukan buku, saat ini mahasiswa hanya membutuhkan ruang memory pada smarphone atau laptop yang besar untuk menyimpan berbagai buku elektronik yang dengan mudahnya didapatkan selama memiliki kuota internet yang mumpuni. Ketika dulu mahasiswa membutuhkan waktu berjam-jam untuk sekedar berkumpul dan bercerita akan bayak hal mulai dari tingkah mahasiswa yang didapati dikampus seharian ini hingga bagaimana Tuhan menciptakan semesta ini, untuk saat ini untuk berkumpul hanya bermodalkan sebuah akun media social dan semua bisa dibicarakan walau sedang ada di ruang dan waktu yang berbeda yang hari ini dikenal dengan nama webconfrence.

Yang kemudian akhirnya berkurang dari keadaan diatas ialah rasa empaty dan daya kritis dari mahasiswa itu sendiri. Ketika hari ini mereka hanya menggantungkan sumber informasi dari Sang Maha Tau ; Google.com akhirnya mematikan kemampuan mengamati realitas social secara langsung dari mahasiswa itu sendiri. Ketika mereka memuat bentuk dokumentasi segala aktifitas pada sebuah alat secara bersamaan, mahasiswa tadi justru menjadi ketergantungan yang sangat akut. Ketika mereka hanya berfikir cukup dengan web confrence bisa menggantikan waktu  berkualiatas ketika bertatap muka langsung, justru mahasiswa tadi hanya menciptakan tembok secara psikologi.

Keadaan diatas mungkin hanya seciul dari terminology Kualitas Mahasiswa hari ini perspektif keterbatasan penulis….




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline