Lihat ke Halaman Asli

Desa Sogitia yang Terbelah

Diperbarui: 4 November 2015   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi bagian dari masyarakat desa merupakan pengalaman yang tidak pernah terlupakan. Karena di desalah kita belajar tentang makna hidup yang sesungguhnya. Jika Kota menawarkan impian, maka desa menawarkan kenyataan dengan segala bentuk kesederhanaannya. Dalam masyarakat desa kelas sosialpun yang tersusun begitu sederhana.

 Seperti dalam pengkategorian menurut Weber, ada tiga tipe kepemimpinan. Tipe pemimpin kharismatik, Tipe kepemimpinan tradisional, Tipe pemimpin rasional-legal. Untuk konteks Provinsi Gorontalo pada umumnya, ketiga tipe pemimpin menurut Weber juga berada dengan segala bentuk penyesuaian. Secara sederhana tipe kepemimpinan dalam masyarakat desa terbagi atas dua kategori berdasarkan asal jenis kelembagaannya. Kategori pertama ialah pemimpin yang berasal dari lembaga formal seperti Kepala Desa yang mewakili pemerintahan negara, dan kategori kedua ialah pemimpin dari lembaga informal seperti Imam Kampung (Tokoh Agama)dan Pemimpin Adat (Tokoh Adat).

            Hubungan antara masing-masing tipe pemimpin di tengah masyarakat juga terkadang tidak harmonis jika kata bertentangan sangat kasar untuk diungkapkan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya ialah perbedaan nilai/orientasi yang ditingkahi ego masing-masing orang yang menduduki posisi tersebut.  Hal ini berangkat dari hal ihwal untuk menduduki posisi tersebut.

Untuk menjadi seorang Kepala Desa,seseorang harus memperoleh suara mayoritas dari penduduk desa tersebut yang kemudian disahkan melalui Surat Keputusan dari Bupati atau Walikota, sehingga seorang Kepala Desa (Untuk daerah Provinsi Gorontalo Kepala Desa dikenal dengan nama Ayahanda) dan perangkat turunannya (Aparat Desa, Ketua PKK, dll) merasa merupakan perwakilan dari masyarakat dan negara.  

Sedangkan untuk menjadi seorang pemimpin adat hanya diperlukan garis darah dari keluarga yang pertama kali menempati suatu daerah dan memiliki pengetahuan lebih tentang adat istiadat yang masih murni sifatnya, dan atau bisa juga keluarga tersebut merupakan utusan dari Kerajaan Adat untuk menempati daerah tertentu sehingga merasa merupakan perwakilan dari masyarakat terdahulu.

Dan untuk menjadi seorang pemimpin agama kriterianya sedikit lebih ringan karena mereka yang ditunjuk secara informal sebagai Imam Kampung ialah mereka yang memiliki pengetahuan lebih terhadap agama mayoritas di suatu wilayah dan kebanyakan dari mereka sudah berusia lanjut. 

            Salah satu bentuk ketidakharmonisan antara masing-masing tipe pemimpin di desa/kampung biasanya ketika saat pengambilan keputusan di tingkat desa/kampung. Momentum ini biasanya ketika MUSREMBANGDES. Ketika Ayahanda sebagai perwakilan Negara merasa bahwa setiap program yang tertuang dalam hasil-hasil MUSREMBANGDES wajib sejalan dengan kriteria yang terlebih dahulu sudah ditetapkan Negara melalui Rencana Kerja di masing-masing SKPD.

Sedangkan bagi Tokoh Adat, segala hal yang menjadi pokok bahasan  dalam MUSREMBANG sejatinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai keharmonisan antara masyarakat ,alam semesta dan Tuhan (dan ini biasanya tertuang dalam aturan adat). Hal yang hampir serupa juga diharapkan oleh Tokoh Agama. Sehingga tidak jarang antara Tokoh Adat dan Tokoh Agama memiliki kesepahaman yang tidak disengaja.

Dua Kutub di Sogitia

            Salah satu hal berkesan bagi penulis ialah ketika menjadi bagian dari Desa Sogitia. Desa  yang berpenduduk 1180 Jiwa (BPS Tahun 2012) dan terletak 3 KM dari ibukota Provinsi Gorontalo, merupakan salah desa di wilayah kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Secara administrasi Desa Sogitia berbatasan dengan Teluk Tomini disebelah selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan di sebalah Utara, Desa Molamahu di sebelah timur dan Desa Cendana Putih di sebelah barat.

Untuk tiba di desa yang terletak di pesisir pantai Teluk Tomini memerlukan waktu 2 (dua) Jam setelah melewati  2 (dua) Obyek wisata yaitu: wisata pantai Botutonuo dan wisata laut Ulele . Karena terletak di pesisir pantai dan sebagian wilayahnya juga berada di dataran tinggi sehingga mata pencaharian penduduknya adalah nelayan dan berkebun cengkeh, selain kelapa tentunya yang menjadi ciri khas masyarakat pesisir pantai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline