Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan 'Spiritual' ke Maroko (Habis)

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pesta Kemenangan Madrid

Setelah menyaksikan bersama-sama pertandingan Madrid Vs Barcelona yang penuh gengsi dan penuh trik, pertandingan diakhiri dengan kemenangan pihak Madrid. Kami pun berpesta ala kadarnya yang kebetulan memang tim kami yang menang. Makanan ringan dan jajan camilan yang sudah kami sediakan sebelumnya mulai kami makan sambil saling gojlok sore itu. Sampai akhirnya,aku dan Sabiq harus memutuskan untuk segera ke Cassablanka atau tidak guna mengejar pesawat yang membawaku besok pagi.Jika kami lanjutkan menginap di Marrakech, Sabiq khawatir aku tak bisa mengejar pesawat ke Alger. Kalau pun dipaksakan menginap di Marrakech, kami harus segera ke Cassa pada pukul 3 dini hari. Dan jam itu tak ada angkutan kecuali pakai taksi, karena kereta belum beroperasi sepagi itu.

Setelah melakukan berbagai pertimbangan dan perhitungan, maka keputusan kami berangkat sore itu juga ke Cassa. Selain nantinya kami bisa menikmati kota ini dan berkenalan dengan teman-teman pelajar Indonesia di Cassa, kami juga berencana menikmati masjid terbesar ketiga di dunia , Masjid Hasan V. Setelah packing kami lakukan, kami pun pamitan dengan sahabat-sahabat baru yang sampai kini menjadi kawan aktif di FB untuk saling bertukar info dan cerita. Diiringi dengan doa dan harapan saling mendukung, kami meninggalkan istana kecil sore itu bersama Sabiq.

Setelah berjalan beberapa saat menuju jalan raya, kami langsung mendapatkan taksi yang akan membawa kami ke stasiun. Namun karena waktu itu masih sore, Sabiq pun sempat menawarkan kepadaku untuk berkunjung ke tempat lain seperti Istana Bunga atau tempat lain di Marrakech yang belum aku kunjungi seperti pantai dan air terjun. Hati saya saat itu merasa cukup puas setelah berziarah ke makam Syech Sulaiman Aljazuli dan tak ingin ke tempat yang ditawarkan oleh Sabiq karena aku sduah bisa bayangkan suasana lokasinya berdasarkan cerita Sabiq. Sebab, sebagai sesama negara di kawasan Magribi, paling-paling pembangunan taman dan istana serta masjidnya nggak jauh beda sebagaimana yang ada di Aljazair. Itulah alasanku menolak tawaran adik kelasku itu. Sebab selama di Aljazair, Allah telah menjalankan diriku untuk berkeliling ke beberapa tempat wisata, istana dan masjid tempat peninggalan sejarah serta peradaban romawi kuno yang tinggal puing-puingnya.

Menuju Cassablanka

Setelah obrolan singkat di taksi sore itu, kami sampai di stasiun Marrakech yang besar dan megah serta rapi. Bersama Sabiq aku langsung mengantri untuk membeli tiket. Setelah tiket kami dapatkan, kami belanja makanan ringan untuk kami santap bersama selama perjalanan di atas kereta. Dan tak berapa lama, kereta yang kami tunggu datang juga. Dan kami dipersilakan untuk segera menaiki kereta nomor 2 terakhir sebelum kereta terakhir malam itu yang akan ke Cassa. Dan tet … tet …. tet …. Malam itu menikmati rasa kereta angkutan manusia di Maroko. Ya, kalau aku rasakan, sama seperti kereta bisnis atau eksekutif Taksaka jurusan Jakarta-Jogja lah. Dengan diiringi keripik kentang, kami menikmati perjalanan sore itu dan juga ditemani teman baru dari Maroko yang bertemu di atas kereta.

Setelah beberapa jam kami lewati di atas kereta, hamper tengah malam, tibalah kami di kota industri dan kota pelabuhan di Maroko. Karena waktu sudah malam, sementara Masjid Hasan V masih tutup dan baru akan dibuka lagi menjelang waktu subuh, maka kami putuskan malam itu untuk mampir ke kos-kosan temen-temen mahasiswa di Cassablanka. Kami hanya bisa menginap seperempat malam di sana karena aku barus sampai di bandara sebelum jam 8 pagi. Semalam sempat kami diskusikan untuk tidur di hotel, namun kata Sabiq kalau istirahat di hotel aku rugi dan nangung karena jam 6 pagi aku harus sudah berangkat ke bandara. Semantara dari kota Cassablanka ke bandara itu butuh waktu 1-2 jam dengan mempertimbangkan kemacetan di waktu jam kerja. Dengan pertimbangan itu, Sabiq mengajakku untuk istirahat sejenak malam itu di kos-kosan temen-temen agar besok paginya kami bisa salat subuh berjamaah di Masjid Hasan V. Itulah kesepakatan kami malam itu.

Kami pun keluar dari stasiun yang sudah banyak supir taksi dan angkutan menunggu kami di pintu keluar. Ya sama persis seperti saat keluar dari stasiun Jati Negara lah. Apalagi melihat orang asing yang keluar. Kami pun dengan gaya sudah kenal medan menolak ajakan supir taksi yang berebut malam itu dan langsung menuju taksi yang terparkir rapi di bagian luar. Tak berapa lama, kami sduah naik taksi setelah prosesi tawar-menawar yang pas bagi kami karena ternyata tempat yang kami tuju itu agak keluar dan minggir dari kota Cassablanka. Setelah sekitar setengah jam kami lalui dengan tetap kami nikmati perjalanan malam itu melalui suasana malam di Cassablanka, sampailah kami di kos-kosan temen-teman mahasiswa Indonesia di kota ini. Dan setelah bertelpon, kami disambut dua orang mahasiswa senior di pinggir jalan, lalu kuucapkan salam setelah kami turun dan bayar taksi.

Aku pun diajak menaiki bangunan di lantai 2 tempat teman-teman baruku tinggal dan belajar selama menjadi duta bangsa. Ada yang sudah semester akhir, ada yang baru masuk. Ada yang dari Jawa, Aceh, Betawi, Jakarta dan beberapa provinsi lainya. Setelah sampai, kebetulan cauava saat itu masih dingin karena baru mau peralihan dari musim dingin ke musim semi. Setelah kuletakkan tas dan berkenalan singkat, aku diberikan selimut dan bantal untuk sekedar menghangatkan badan dan berleyehan. Tak beberapa lama, berebahan, wuss … aku terbawa mimpi indah dan sampai subuh datang membangunkanku. Rasa dingin pagi itu sebenarnya ingin mengajakku kembali berbalut dalam selimut tebal pinjaman teman-teman, tetapi karena ingat besok sore istri dan anakku tersayang akan datang menyusulku ke Aljazair, aku punbulatkan tekad untuk ambil wudlu dan siap-siap menuju bandara selesai salat subuh.

Welcome Aljazair ...

Setelah sekitar setengah jam aku selesaikan salat dan packing barang-barangku, aku dan Sabiq langsung minta pamit kepada teman-teman untuk undur diri. Rencana kami ke masjid Hasan V pun batal karena dinginnya malam itu membuat kami tak berani keluar rumah, sebab jika dipaksakan, aku khawatir menjadi sakit dan mengangu kegiatanku saat kembali ke Aljazair. Apalagi aku juga harus menyambut istri tersayang yang sedang hamil tua dan anak-anak cantikku yang terbalut kangen dan rindu karena sudah lama tak bertemu. Jadilah cita-cita dan keinginan melihat indahnya masjid terbesar ketiga di dunia itu sebagai next trip kami ke Maroko bersama keluarga insyallah.

Setelah keluar dari kontrakan teman-teman, kami langsung mendapatkan taksi yang membawa kami kembali ke station Cassa semalam. Karena kereta masih setengah jam lagi tiba, Sabiq kuajak menikmati kopi susu khas Maroko dan croasongnya. Sementara Sbiq dengan khasnya yang suka ngudud tak lupa dengan Marlboro yang dibelinya di stasiun Marakech sebelum kami berangkat semalam. Sambil ngalor-ngidul kami bercerita tentang petualangan kami selama empat hari ini. Ditambah dengan beberapa daerah dan tujuan wisata yang belum kami kunjungi, akhirnya kami hentikan obrolan setelah pangilan dari pengeras suara berbahasa Arab itu meminta kami segera memasuki stasiun karena kereta menuju Bandara sudah datang. Kami pun dengan agak tergopoh langsung membayar ke kasir dan menuju station dengan berlari. Sebab jika ketinggalan kereta ini, aku pasti akan ketinggalan pesawat ke Aljazair.

Setelah sampai di dalam station kami langsung naik ke kereta, dan satu menit setelah itu, wus, kereta berangkat lagi menuju Bandara. Sekitar 30 menit sampai 1 jam kami lewati pematang sawah dan kadang gubuk-gubuk warga tak beruntung ditengah derasnya pembangunan kota Cassa, kami tibalah di bandara. Dan takut telat, karena harus cek-in dan pemeriksaan paspor dan tetek bengek lainnya di imigrasi bandara, kami langsung masuk menuju ruang cek-in dan pemeriksaan paspor sebelum memasuki ruang tunggu. Kulihat cek-in sudah panjang dan Sabiq pun ikut mengantri bersamaku. Setelah cek-in aku langsung beralih ke ruang cek paspor di koridor yang lain di bandara Sultan Muhammad V itu. Setelah ketemu jalur menuju pesawat airmaroc yang akan membawaku ke Alger, kami langsung masuk, dan antrian pun sudah panjang juga kudapati.

Merci Sabiq ...

Dan saat itulah, teman, sahabat dan sekaligus saudaraku Sabiq minta undur diri karena tugas mengantarku telah usai. Dan sebelum kami berpisah, dia meminta kami berfoto bersama di depan pos penerangan di Bandara Cassa. Dan kalimat syukur serta terimakasih tak kunjung lepas dari mulutku sampai aku tak melihat lagi sosok ganteng, tinggi dan suka humor ini. Terimakasih sobat … aku tak bisa membalas semua kebaikanmu dan memberikan apa-apa, hanya untaian doa semoga kau segera lulus program doktoralmu, segera menikah dengan gadis pujaanmu yang sudah menunggu di Sidoarjo sana, dan segera mendapatkan rizki yang benyak melalui bisnis travelmu … Jazakumullah ahasanal jaza ,,, Selamat tinggal teman …. Insyallah aku akan datang lagi, ucapku lirih.

Setelah antri aku lewati, aku langsung menuju ruang tunggu yang ternyata pindah lagi ke ruang bawah, dan kami semua penumpang airmaroc menuju Aljazair dipanggil untuk menaiki pesawat yang sudah dibersihkan itu. Dan sekitar 2 jam kami terbang melewati laut Mediterania dan beberapa gurun pasir Sahara, tampaklah kembali Kota Alger, Ibukota Aljazair … Selamat datang Alger, besok tanahmu akan diinjak juga oleh keluargaku yang menyusulku untuk berjuang bersama mengapai ridlo Allah dan berjuang untuk bangsa. Itulah petualangan pertamaku ke luar Alger setelah aku bertugas di Afrika Utara ini. Setelah Maroko, semoga Allah kembali mengenalkan kekuasaannya kepada hamba yang lemah ini untuk bisa menikmati benua biru Eropa bersama keluargaku semua. Semoga Allah mengabulkan niat dan keinginan kami ini, Amin. Alfatehah …. (Alger, 28/9/2012)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline