Lihat ke Halaman Asli

6. Selamat Ya ... Kamu Lulus!

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Siang itu, sekitar seminggu setelah tes, tiba-tiba ada salah satu adik kelasku datang ke rumah dengan menggunakan sepeda pancal sambil mengayuh secara tergesa-gesa. Imron nama dia. Dia diutus pak haji untuk memanggil saya ke sekolah karena ada hal penting yang akan disampaikan. “Mas, dipanggil kepala sekolah. Sampeyan ditunggu pak haji sekarang juga,” teriaknya setelah menemui saya dengan logat khas orang desa. Karena aku harus segera menghadap, sementara saat itu aku baru saja dari sawah selesai membantu orang tuaku memanen Lombok.

Karena masih belepotan dengan ledok, aku pun langsung bergegas mandi dan berangkat menuju sekolah setelah semua pakaian aku kenapan dengan rapi. Sesampainya di sekolah, aku lihat Syamsul dan Faiza sudah datang duluan. Sementara, murid lain tidak ada yang datang karena memang masih dalam masa liburan setelah Ebtanas (istilah ujian akhir saat itu yang sekarang berubah menjadi UN), kecuali yang tugas piket untuk pendaftaran siswa baru.

Setelah ku parkir sepeda ‘jengki’ku di tempat biasa parkir sepeda, aku langsung masuk ke kantor dewan guru. Aku hanya melihat beberapa guruku sedang khusuk memelototi lembaran kertas yang berisi daftar nilai para adik kelas saya untuk dikompilasi ke dalam raport. Sementara di kursi ruang tamu, sudah kulihat Syamsul dan Faiza sudah duduk di kursi. Setelah beberapa saat saya duduk di sebelah Arif dan Mudhi yang datang duluan, Pak Haji Mas’udi, kepala sekolahku keluar dengan membawa tiga amplop soal hasil ujian kami di Surabaya. Satu persatu amplop yang sudah ada namanya itu diberikan kepada kami dengan wajah sumringah.

Setelah dengan hati berdegub dan deg degan, aku mulai buka lipayan kertas nasib dan masa depanku itu. Subhanallah, Alhamdulillah, demikian reflekku berucap setelah melihat tulisan besar-besar bahwa aku lulus dan masuk ke MAPK Jember bersama 40 siswa terbaik lainnya. Aku pun berdiri dari kursi tempat dudukku dan mencari tempat agak longgar untuk sujud syukur. Sementara temanku Syamsul juga dinyatakan lulus dan dinyatakan masuk ke MAPK Denayar. Kami berdua sontak saja mengucap syukur dan berucap Alhamdulillah dengan keras. Namun, Faiza kulihat hanya diam dan terlihat diam. Tanpa kami tanya, kami sudah paham maksudnya bahwa Allah telah memilihkan tempat lain yang lebih baik untuk temanku itu.

Dalam suasana senang dan syukur itu, konsentrasi kami pecah dengan datangnya suara Pak Haji, yang berucap "Selamat ya Ahmad, kamu berhasil melewati ujian awal ini dan kamu beruntungkarena kamu masuk di MAPK Jember, sekolah favorit yang insyallah bermasa depan cerah,” ucap pak haji saat itu. Syamsul pun juga mendapatkan ucapan saying sama. Pak haji lalu melanjutkan kata-katanya, “MAPK Jember dan Denanyar itu sekolah yang pas buat kalian. Kalain akan belajar dengan siswa-siswa terbaik se Jawa Timur, makanya belajar yang benar dan sungguh-sunguh. Ingat pesan orang tua dan jaga nama baik almamater sekolahmu ya,” demikian kata pak haji seingat saya waktu itu.

Aku dan Syamsul pun hanya bisa menjawab singkat sambil mangut-mangut, “Njeh pak, insyallah,” kataku pelan merespon nasehat pak haji saat itu. Melihat Faiza yang terlihat lesu, pak haji pun tetap menghiburnya. Beliau mengatakan bahwa ada sekolah yang tak jauh berbeda dengan MAPK, letaknya juga di Malang. Hanya saja sekolah itu milik swasta dan berada di lingkungan pesantren. Dan dia pun disarankan untuk masuk ke sekolah ini. Singkat cerita, akhirnya Faiza melanjutkan studinya ke Malang, ke sekolah yang disarankan pak haji, tepatnya di Ponpes Annur yang juga menyediakan komplek pendidikan integratif berupa pesantren dan sekolah umum.

Pengumuman kelulusan saya itulah tongak dan titik balik perjalanan hidup dan masa depanku sampai saat ini. Dan aku pun sudah mempersiapkan semuanya untuk berangkat ke MAPKJember pada saat pendaftaran ulang atau registrasi sebagaimana yang tertera dalam kertas kedua yang berada dalam amplop kelulusan saya. Anganku pun mulai terbayang soal suatu kota terbaik ke 3 di Jawa Timur saat itu setelah Surabaya dan Malang. Ada universitas, ada kemajuan ada kota baru yang asik dan indah. Jember … Iam Coming!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline