Kota Manggar Belitung Timur
Saat tiba di Kota Manggar saya merasa dikejutkan dengan sebuah tradisi kuno masyarakat setempat yang berduyun-duyun mendatangi warung kopi di malam hari. Mereka melepas lelah sehari bekerja di kolong atau tambang timah yang dulu sempat jadi primadona sumber daya alam daerah ini.
Ya, memang masih ada sisa-sisa kejayaan PT Timah yang mengekplorasi bahan tambang di Belitung ini. Tanah di sini sekarang terlihat jejak lubang-lubang galian yang tak terurus yang ditinggalkan para penggali tak bertanggung jawab Kembali ke warung kopi di Kota Manggar. Saya bersama kawan yang bertugas di Belitung Timur ini mencoba mampir ke warung kopi Ajun di seberang Hotel Guest.
Warung itu sangat sederhana dengan meja kursi dari kayu. Kursinya hanya kursi panjang tanpa sandaran asli kayu dan mejanya juga meja panjang hanya ditaplaki karpet plastik. Gelas tempat wadah kopinya dari gelas kaca biasa yang kecil dengan tatakan dan tutup gelas dari plastik. Kopi yang disajikan di sini diseduh sekaligus, lalu disaring dan ditarik pada saat menuangkannya ke gelas-gelas penikmat kopi.
Sekali tarik kopi yang disaring bisa empat sampai lima gelas. Saya perhatikan umumnya penikmat kopi memesan kopi "O" dan kopi susu. Tampak pramusaji sudah menyiapkan gelas-gelas kecilnya yang siap untuk diseduh dan dibubuhi susu kental. Sehingga saat penikmat kopi datang, pramusaji sigap menghampiri dan menawarkan kopi apa yang akan dipesan. Saat memesan kopi "O" dan kopi susu, dalam sekejap kopi panas pun tersaji.
Saat menyeruput kopi dari gelas mungilnya, terasa sungguh nikmat dan berkelas. Apalagi sambil menyaksikan tayangan teve pertandingan sepak bola atau gulat. Seteguk demi seteguk kopi tak terasa telah habis tanpa sisa.
Kami pun membayarnya. Pramusaji menyerahkan uang kami kepada kasir. Kasir atau pemilik kopi ini ternyata keturunan Cina. Menurut informasi dari masyarakat setempat bahwa bangsa keturunan Cina memang cukup banyak di Belitung Timur ini. Mereka banyak bergerak di bidang perdagangan.
Kota Langsa, Aceh
Sepanjang jalan di kota Langsa, saya disajikan pemandangan warung kopi di kanan kiri jalan. Meski jauh dari ibukota provinsi, yaitu Banda Aceh, Kota Langsa juga menjadi tempat "nongkrong" muda mudi, bapak ibu dari daerah di sekitarnya. Sebut saja Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Tamiang pada akhir pekan masyarakatnya berlibur di Kota Langsa. Mungkin karena daya tempuhnya yang tidak begitu jauh, 2- 3 jam.
Saat saya mendapatkan tugas dari kantor untuk melatih guru di Kota Langsa untuk kedua kalinya, saya sangat menikmatinya. Saat tiba di bandara Kuala Namu, Saya langsung dijemput driver travel menuju Kota Langsa. Perjalanan jarak tempuhnya dari Kota Medan cukup jauh, yakni 4-6 jam (202 km).
Tiba di Kota Langsa kami menginap di sebuah hotel Harmoni, salah satu hotel terbaik di sini. Untunglah di seberang hotel ada sebuah warung kopi bernama Rumah Kupi. Rumah Kupi meyajikan kopi yang lengkap mulai espresso hitam dan sanger dapat di pesan di sini. Sanger adalah jenis minuman kopi yang ditambah susu kental manis. Rumah kupi ini buka hingga dini hari, yakni 01.00 WIB. Warung yang memiliki mesin penyajian kopi modern ini juga menyajikan makanan ringan kue cane dan makanan berat, seperti mie Aceh dan nasi goreng khas Aceh.