RAJA SAMPUN
Aku duduk di samping kolam. Meski pakaianku basah kuyup namun aku merasa senang. Apa yang kudapat dari ayah kini benar-benar dapat kupraktekkan tanpa ragu dan tanpa rasa segan. Aku merasa sangat nyaman dengan padepokan ini. Selain karena orang-orangnya sangat ramah, perilaku anak muda disini sangatlah sopan. Aku menoleh ke samping kanan, kulihat Darmo juga sedang duduk disamping kolam. Sementara aku melihat Aji sedang berjalan membawa pakaian ganti dan handuk buatku. Pemuda itu baik sekali. Ia sangat ramah dan melayaniku dengan sepenuh hati. Ada satu kalimat Aji yang sangat kusuka dan membuatku tergetar.
"Kisanak, belajar ilmu silat itu pada dasarnya belajar untuk berubah menjadi lebih baik. Ilmu mengenai perubahan. Demikianlah Guru mengajari kami. Pada awal mulanya kami tidak bisa apa-apa, lalu guru mengajari kami sehingga menjadi bisa. Pada awal mulanya kami sangat lemah, lalu guru mengajari kami sehingga menjadi kuat. Pada awal mulanya kami tidak mengerti banyak hal, lalu guru mengajari kami sehingga mengetahui banyak hal. Kemudian kami dibimbing untuk memahami semua pengetahuan ini dan menggunakannya untuk jalan kebaikan. Demikianlah Guru mengajari kami.".
Demikian ucapan Aji yang masih terngiang dalam ingatanku. Kurang lebih sama seperti yang sering kudengar dari ayah.
"Nak, belajar silat, belajar bijaksana. Sebab diatas ilmu, ada kebijaksanaan."
"Kisanak, silahkan ganti pakaiannya dengan yang ini. Semoga ukurannya cukup.", ucap Aji sambil menyerahkan pakaian ganti kepadaku sekaligus membuyarkan lamunanku.
"Terima kasih...", jawabku singkat.
Aku bergegas bangun dan menerima satu stel pakaian berwarna coklat dari tangan Aji.
"Silahkan Kisanak ganti pakaian disebelah sana", pinta Aji sambil membungkuk dengan salah satu tangannya mengarahkan pada suatu ruangan.
Aku menganggukkan kepala dan berjalan menuju tempat yang diminta oleh Aji.
Kurang lebih sepeminuman teh, aku sudah kembali lagi di tempat samping kolam. Aji dan Darmo kulihat sedang berbicara satu sama lain.