Debat capres memasuki babak ke tiga hari Minggu besok. Seminggu yang lalu setelah debat bertemakan bidang ekonomi, masing-masing simpatisan dan pendukung memberi penilaian secara subjektif. Tentu hal yang wajar. Penilaian dengan skor pun dibuat setiap simpatisan. Berapa pun angka yang dibuat suka-suka mereka. Dan gue gak protes. [caption id="" align="aligncenter" width="564" caption="Capres 1 dan Capres 2 aja salaman Bro-Sis"][/caption] Gue kadang geli sendiri saat melihat..eh, membaca halaman media sosial yang menjadi temen-temen gue yang seenaknya sendiri membuat penilaian. Temen gue yang simpatisan Prabowo langsung membuat pernyataan ‘penyampaian yang lugas dan tegas’ sesaat setelah Prabowo menyampaikan visi misinya. Begitu pula temen yang menjadi simpatisan Jokowi, langsung menulis ‘simpel, tak perlu bertele-tele dan langsung ke sasaran’. Sudah pasti mereka membuat skor 1 : 0 untuk capres dukungannya. Berdasarkan pernyataan dan analisis temen-temen itu menurut gue sendiri skor masih sama, [Prabowo] 2 : 2 [Jokowi]. Kesimpulan gue sendiri sih sebenarnya. Eh, tapi, menurut pandangan gue sendiri memang skor sementara [Prabowo] 2 : 2 [Jokowi]. Masing-masing 1 saat Jokowi pamer Lurah Susan dan Prabowo pamer Wagub Ahok di debat pertama. Di debat ke dua masing-masing juga dapet skor 1 untuk Jokowi saat pamer puluhan tahun sebagai pengusaha (pelaku usaha) dan Prabowo yang pamer anak satu-satunya sebagai desainer (pelaku ekonomi kreatif) yang sudah terkenal juga di mancanegara. Jika kata (singkatan) ‘TPID’ dan ‘bocor’ menjadi bahan perbincangan yang ramai, tidak hanya di media sosial, tetapi bahkan diangkat di media cetak dan elektronik, sungguh gue tidak tertarik. Bagi gue, terlalu banyak kelebihan yang dimiliki kedua capres, setidaknya itu yang digembar-gemborkan simpatisan dan pendukungnya di media sosial yang melintas di akun media sosial gue. Banyak kelebihan dari kedua capres yang gue baca dan gue denger. Jarang bahkan sepertinya tidak ada simpatisan atau pendukung yang mengulas sedikit saja kelemahan capresnya. Ya, itung-itung sebagai masukan lah. Tentu saja agar menjadi lebih baik toh. Nah, inilah yang mau gue sampein ke capres Jokowi. Buat simpatisan dan pendukung Jokowi, gue mohon maaf sebelumnya karena benar-benar tak ada maksud untuk membuat fitnah dari tulisan ini. Saat debat ke dua Minggu lalu, ada kata yang sedikit mengganggu di telinga gue. Satu kata yang sebenarnya maksudnya sama, tetapi diucapkan berbeda oleh Prabowo dan Jokowi. Kata itu adalah renegosiasi. Prabowo sempat menyebut sebagai ‘perundingan ulang’ yang kemudian dia katakan sebagai re-ne-go-si-a-si dari kata dasar ne-go-si-a-si. Kata itu diucapkan sebanyak dua kali oleh Prabowo saat memberi tanggapan atas pernyataan Jokowi. Menurut gue, sayang sekali Jokowi mengatakan renegosiasi dengan re-ne-go-i-sa-si yang juga diucapkan sebanyak dua kali oleh Jokowi. Silakan dengar ulang di YouTube untuk lebih meyakinkan. Penyebutan re-ne-go-i-sa-si ini memang sering gue denger juga dari temen-temen gue. Jadi bukan saat Jokowi pas debat kemaren aja. Ya, mungkin karena dikira mirip dengan re-bo-i-sa-si. Nah, buat meyakinkan gue coba cari di kamus bahasa Indonesia secara online. Hasilnya seperti di bawah ini. [caption id="attachment_312215" align="aligncenter" width="300" caption="negosiasi"]
[/caption] [caption id="attachment_312198" align="aligncenter" width="300" caption="negoisasi"]
[/caption] Gak penting-penting juga sih kayaknya. Pak Jokowi aja bilang presiden gak harus apal semua singkatan toh....hehe..apalagi yang cuma seperti ini. Tapi jujur tulisan ini untuk memberi masukan aja ke Jokowi. Udah banyak kelebihannya, kali aja yang ini bisa menjadi masukan yang berguna. Pernah denger peribahasa 'tak ada gading yang tak retak' kan? Nah, mudah-mudahan bukan karena kesalahan orang-orang dulu membuat peribahasa itulah gue coba lihat sedikit keretakan gading itu. Santai aja ya Bro-Sis, udah banyak temen gue putus pertemanan di media sosial di musim pilpres ini. Ya.. itu sih menurut gue tentu karena ulah mereka sendiri. Sekian. #Salam[belumpake]Jari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H