Judul artikel ini sebenarnya berasal dari pengamalan pribadi penulis. Sinetron atau FTV sampai saat ini sangat populer di kalangan emak-emak. Berbeda dengan kaum bapak/lelaki secara ideologis lebih suka menonton dangdut. Fenomena bapak-bapak yang suka menonton dangdut akan saya tulis di artikel selanjutnya.
Pengalaman penulisi tersebut memang terkesan sangat subjektif. Sebab, pada tulisan ini pun hanya berdasarkan pengalaman pribadi. Penulis belum membaca penelitian empiris yang membaca topik di atas. Paling tidak itulah, beberapa fenomena yang menjadi pengalaman penulis sejak kecil hingga sekarang hidup di tengah jaman postmodern.
Faktor pendidikan sepertinya menjadi menjadi pengaruh penting, seseorang suka sinetron, FTV, atau lebih suka menonton talkshow misalnya ILC, Forum Economic Challenge, dan lain-lain. Emak-emak yang suka menonton sinetron atau FTV Religi biasanya berpendidikan menengah ke bawah. Lagi-lagi ini hanya asumsi menurut pengalaman pribadi penulis.
Penulis masih ingat saat kecil, pada tahun 90-an. Ada dua sinetron yang cukup populer di kalangan emak-emak. Waktu itu, penulis sering diajak simbok (ibu) menonton sinetron di rumah tetangga. Kami tidak memiliki televisi maka setiap habis Isya, ramai-ramai menonton di rumah tetangga. Televisi yang ada waktu itu baru ada hitam putih tanpa remote kontrol.
Tahun 90-an Ada Sinetron Noktah Merah Perkawinan dan Sinetron Tersanjung
Sebelum ada Sinetron "Tersanjung", emak-emak di kampung penulis populer dengan sinetron "Noktah Merah Perkawinan". Sinetron era taun 90-an yang kemudian fenomenal dan mempopulerkan artis-artis muda pada tahun-tahun itu.
Tokohnya yaitu Ayu Azhari, Cok Simbara dan Berliana Febrianti, berhasil memanjakan pecinta sinetron jaman itu. Sinetron ini dibuat oleh Rapi Film, menjadi salah satu sinetron yang sukses dan masih selalu dikenang para pecintanya. Sinetron ini mengisahkan konflik keluarga hingga cinta segitiga yang menguras emosi penonton.
"Hari berganti hari. Seolah waktu akan berlari. Seandainya ku dapat mawas diri. Kiniku takkan menyesali oww. Aku anggap janjimu semua itu palsu. Hanya tuk merayuku. Ternyata kau buktikan kepadaku. Kau penuhi janjimu itu. Ku tersanjung."
Lagu menjadi soundtrack sinetron Tersanjung. Saking sering diajak nonton sinetron tersebut, penulis sering menyanyikan lagu tersebut. Penulis benar-benar dibuat tersanjung oleh lagu soundtrack sinetron "Tersanjung"
Sinetron yang populer waktu itu menurut penulis "Tersanjung". Film yang dibintangi oleh Ari Wibowo, Elma Theana, dan Lulu Tobing. Dua tokoh muda inilah yang kemdudian menjadi idola pada tahun 90-an. Ari Wibowo dengan postur tubuh tinggi, putih, hidung mancung, menjadi ikon lelaki tampan pada masanya.
Penulis sendiri bisa dikatakan gandrung dengan Elma Theana dan Lulu Tobing. Ikon remaja tahun 90-an yang ditampilkan lebih natural. Penulis mengatakan, Lulu Tobing merupakan wajah Indonesia asli. Berbeda dengan film remaja sekarang yang didominasi dengan wanita blasteran/Korean/Japan.