Lihat ke Halaman Asli

Selamat Datang Wahai Saudariku

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika telah datang sebuah perusahaan cinta, menghampiri sukmaku aku berkata dengan jelas “selamat datang wahai saudariku” begitu pula ketika tedengar suara manis nan merdu menggaung diantara kendang telingaku, aku akan bertindak tenang dan bersahaja mendengarkan percakapan cinta. Sungguh aku telah belum sempurna jika semua itu telah ku lakukan karena seseungguhnya di balik jeruji jiwaku tertanam sebuah harapan nyata. Namun itu hanya berkarya di alam maya, bagai burung kehilangan arah, harus kemanakah mengepakkan sayapnya.
Semua itu ku anggap sebagai penggangan hidup terhadap perubahan dari budaya cinta tradisional menuju budaya cinta modern, berpengang teguh pada konsep akulturasi (melaksanakan  adat konteporer tanpa harus membuang sentuhan hangat dari adat cinta klasik). Bisakah engkau pahami dari sebuah harapan cinta yang telah bersemi di udara, mengembang bersama sel-sel dan cairan-cairan oksigen di alam raya. Aku belum percaya jika semua cinta yang telah kita basuh bersama akan selalu bertengger menyanyikan lagu merdu di puing-puing pohon cadar. Itulah kesedihan yang memanjang dibenak mataku.
Sekarang telah datang kesedihan baru bagiku, aku telah merasa kecil dan tak berarti kertikabergumam dengan ratu penguasa alam, hati kecilku meronta pantaskah jika hamba sahaya melancangkan diri terhadap para putri raja?”. Yang jelas hukuman pasung menantiku, atau hanya memeliharaku di balik jajaran besi hitam di belakang istanamu. Sungguh hati kecilku berteriak sakit. Memang jika engkau berkoar merdu mengembangkan cinta bersama biduan menetapkan panggilan hati tuk memicu rasa rindu yang begitu mendalam. Aku terasa tentram, namun jika kecoak-kecoak menggerogorti ragaku, aku kan tesentuh dan tertawa sedih. Aku dan engkau bagaikan langit dan bumi yang kiranya sulit untuk disatukan. Tetapi itu hanya khayalanku belaka. Bisakah engkau sang bidadariku menghapus rasa takutku ketika telah bermesraan denganmu. Itu hanya harapanku ketika engkau datang menemui dan memanggilku dengan nyata.Jika sekarang, yang kubayangkan haya rasa rindu ingin menyatukan jiwa raga dengan mu.
Sesungguhnya keinginan telah datang bagiku, namun tak jua ketika rasa takutku bersandar kumengecil bagai tak berdaya lagi. Kugubah syair cintaku hanya untuk mendapatkan kekuatan alam raya yang membopongku dari segala sudut .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline