Lihat ke Halaman Asli

Masfik Seven

Pegiat Literasi

Diplomasi Islam: Dua Keteladanan dalam Satu Sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq

Diperbarui: 2 November 2019   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu tindakan yang demikian "tegas dan fleksibel" dari sosok sederhana Abu Bakar Ash-Shiddiq membuat Islam mampu hidup di tengah tantangan yang mengancam wujud dan keberadaannya. Dengan visi yang dia miliki, pandangannya yang jauh ke depan dan kebijakannya, Abu Bakar mampu mempersepsikan bahwa sebuah bahaya besar telah mengancam dari sekitar Madinah dan kemudian mengeruyak ke berbagai negeri. Dan berkat kekokohannya serta usahanya yang demikian keras untuk tidak berkompromi dan memberikan konsesi kepada musuh-musuh, maka Islam tetap berdiri kokoh dan jaya. Abu Bakar bukan saja mampu mempertahankan batas-batas geografis, namun sekaligus juga mampu mempertahankan batas-batas spiritual Islam.

Tahun pertama dari masa pemerintahan Khalifah Islam sepenuhnya dikhususkan untuk menegakkan otoritas bagi semua negeri akibat munculnya berbagai pemberontakan dari berbagai suku semenjak meninggalnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Setelah Abu Bakar mampu menyelamatkan Kota Madinah dari ancaman kaum pemberontak, maka beliau mengirim sebelas ekspedisi ke berbagai wilayah untuk memberengus orang-orang murtad dan orang-orang yang menyatakan dirinya sebagai nabi. Mereka adalah Aswad Al-Ansi di Yaman, Thulaihah di wilayah Timur Laut, Musailamah dan Sajah -- nabi palsu yang kemudian kawin dengan Musailamah -- di Al-Yamamah.

Amnesti umum diberikan kepada pemberontak, kecuali kepada mereka yang membunuh orang-orang Muslim. Salah satu penyebab kesuksesan dalam melakukan ekspedisi ini adalah karena kedisiplinan yang tinggi dan perilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Mereka berperang bukan dalam rangka mengumpulkan harta rampasan perang. Mereka melakukan semua itu demi jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'aalaa. Sang Khalifah dengan ketat memberikan instruksi kepada mereka agar tidak menyimpang dari jalan lurus yang telah dicanangkan Islam. Kaum Muslimin saat itu membawa sebuah pesan yang sangat gamblang dari pemimpinnya,

Janganlah kalian mencabik-cabik seorang musuh pun, jangan pula membunuh anak kecil atau orang-orang yang telah lanjut usia dan para wanita. Janganlah kalian memotong pohon-pohon kurma, jangan pula membakarnya dengan api. Jangan pula kalian memotong pohon yang merupakan makanan manusia dan binatang. Janganlah kalian membunuh binatang-binatang ternak ataupun unta. Janganlah mengganggu para pendeta yang sedang melakukan ibadah di tempat-tempat peribadatan mereka. Janganlah melakukan penyelewengan, jangan pula sekali-kali mencurigai seseorang. Jangan sekali-kali membangkang pimpinan-pimpinan kalian, dan jangan pula melupakan Allah  serta karunia-Nya yang saat ini kalian nikmati.

Abu Bakar adalah sebuah sosok langka yang mampu menggabungkan antara "kelemah-lembutan dan ketegasan" pada saat bersamaan. Siapa saja orang yang pernah melakukan pemberontakan kepadanya lalu datang kehadapannya untuk mengakui kesalahannya, maka dia akan dengan lapang dada memaafkannya. Qara' bin Habirah, Amir bin Mahdi, dan Asy'ats bin Qays, adalah contoh orang-orang yang diberi maaf oleh khalifah, juga contoh dari kebijakan Sang Khalifah.

(Disadur dari buku "Diplomasi Islam", karya Afzal Iqbal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline