Lihat ke Halaman Asli

Fathan Muhammad Taufiq

TERVERIFIKASI

PNS yang punya hobi menulis

Perbanyakan Benih dengan Stek Batang, Solusi Mahalnya Benih Kentang

Diperbarui: 8 Desember 2017   12:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penangkaran benih kentang dengan cara stek batang (Doc. FMT)

Ketersediaan bibit atau benih berkualitas dengan harga murah dan mudah didapatkan, sampai saat ini masih menjadi kendala bagi para petani kentang, terutama di luar Jawa, termasuk di Dataran Tinggi Gayo yaitu kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. 

Kebanyakan petani di daerah ini masih mengandalkan benih kentang kulaifikasi G-1 dan G-2 (generasi pertama dan kedua) dari luar daerah, khususnya dari Pengalengan, Bandung. Jauhnya jarak antara Pengalengan dengan dataran tinggi Gayo, membuat harga benih kentang menjadi sangat mahal, disebabkan oleh tingginya biaya transportasi dan penyusutan selama pengangkutan.

Untuk mengembangkan benih G-1 dan G-2, memang tidak mudah, karena dibutuhkan benih murni G-0 yang merupakan hasil pengembangan kultur jaringan di laboratorium, sementara sampai saat ini Gayo belum memiliki ahli laboratorium kultur jaringan, meskipun sebenarnya di daerah ini juga sudah memiliki Balai Benih Induk (BBI) Kentang lengkap dengan laboratoriumnya. Inilah yang kemudian 'memaksa' petani, mau tidak mau harus mendatangkan benih kentang G-1 dan G-2 dari pulau Jawa.

Dari hasil penelusuran penulis ke Balai Pengembangan Benih Kentang (BPBK) Pengalengan, Bandung maupun pada penangkar benih kentang di seputaran Pengelengan, harga benih kentang G-1 dan G-2 berada pada kisaran Rp 23.000,- sampai 27.000,-. Ketika benih kentang tersebut sampai di dataran tinggi Gayo, harganya bisa 'melonjak menjadi Rp 38.000,- sampai Rp 40.000,-. 

Tentu dengan harga sebesar itu, biaya produksi untuk pengadaan benih yang harus dikeluarkan oleh petani kentang di Gayo menjadi sangat tinggi. Untuk satu hektar lahan, dibutuhkan benih sekitar 1,5 ton, artinya biaya pengadaan benih bisa mencapai 57 sampai 60 juta rupiah, belum lagi untuk biaya pengolahan lahan, pengadaan pupuk dan pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Benih kentang G-1 dan G-2, memang masih bisa ditangkarkan lagi oleh petani sampai dengan turunan ke 5 (G-5), namun pada turunan berikutnya (G-6 dan seterusnya), produktivitasnya akan mengalami penurunan signifikan, sehingga tidak layak lagi dijadikan benih. Dalam kondisi demikian, petani harus mendatangkan kembali benih G-1 dan G-2 dari luar daerah, yang kemudian menjadi kendala bagi petani yang hanya meiliki modal 'pas-pasan'

Media tanam benih kentang sistim stek batang (Doc. FMT)

Perbanyakan benih kentang dengan stek batang jadi alternative solusi.

Namun kendala yang dihadapi oleh petani kentang di Gayo selama ini, bukanlah hambatan untuk terus mengembangkan komoditi hortikultura ini, karena komoditi ini memiliki prospek ekonomi yang cukup bagus dan permintaan konsumen akan produk pertanian ini terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Ketika mengunjungiBalai Pengembangan Benih Kentang (BPBK) di Pengalengan, kabupaten Bandung dalam rangka studi banding penyuluh pertanian Aceh Tengah beberapa waktu yang lalu, penulis mendapat 'ilmu' baru, tentang perbanyakan benih kentang yang lebih  urah dan mudah dan bisa dilakukan oleh petani dengan bimbingan penyuluh pertanian yang kebetulan juga sudah pernah mengunjungi balai ini. 

Menuruti penjelasan yang penuliskan dapatkan dari seorang pakar dan pemulia tanaman kentang pada BPBK,Ir. Rusmana Agus Sanjaya, M Sc, perbanyakan benih kentang ternyata dapat dilakukan tanpa umbi. Lebih lanjut Kang Agus, panggilan akrabnya, perbanyakan benih kentang juga dilakukan dengan sistim stek batang, yaitu dengan potongan batang kentang muda yang baru tumbuh, kemudian disemaikan dalam polibag kecil media tanam lainnya yang mudah didapatkan, misalnya potongan bambu atau gelas plastik bekas air mineral. 

Setelah perakarannya mulai tumbuh, stek tersebut dipindahkan dalam media tanam berupa kotak kayu yang sudah berisi pupuk kandang dan agens hayatitricodherna untuk mencegah serangan hama dan penyakit tanaman. Dalam 4 -- 6 minggu, tanaman yang berasal dari stek batang ini akan menghasilkan umbi-umbi kecil yang siap untuk dijadikan benih di lahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline