Bintang merupakan benda langit yang memancarkan cahaya. Terdapat bintang semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain. Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri (bintang nyata), begitu 'kata' Wikipedia Bahasa Indonesia. Sementara menurut ilmu astronomi, definisi bintang adalah 'Semua benda massif yang sedang dan pernah melangsungkan pembangkitan energy melalui reaksi fusi nuklir'
Tapi jangan terkecoh dengan judul di atas, kali ini saya tidak sedang menulis tentang benda-benda langit yang sejak kecil dulu kita kenal lewat lagu 'Bintang Kecil' ciptaan Meinar Loeis yang sering kita nyanyikan ketika kita berada di bangku taman kanak-kanak. Tapi saya sedang menulis sebuah liputan pertanian di salah satu kecamatan di kabupaten Aceh Tengah yang kebetulan bernama Bintang. Kecamatan Bintang merupakan satu dari 14 kecamatan yang ada di kabupaten Aceh Tengah yang wilayahnya berada di sudut timur Danau Laut Tawar, salah satu obyek wisata terkenal di Aceh.
Tak ada 'historical story' yang menceritakan tentang asal muasal nama kecamatan ini. Setau penulis, nama kecamatan Bintang sudah ada sejak berdirinya kabupaten Aceh Tengah sebagai kabupaten otonomi pada tanggal 14 April 1948 berdasarkan Oendang-oendang No. 10 tahoen 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui Undang-Undang No. 7 (Drt) Tahun 1956. Nah berikut ini hasil liputan saya tentang budidaya bawang merah di kecamatan yang namanya rada 'unik' ini
Pengembangan komoditi bawang merah di kecamatan Bintang.
Bawang Merah (Allium cepa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang sangat potensial di kembangkan di kabupaten Aceh Tengah. Hampir semua wilayah kecamatan seperti Lut Tawar, Bintang, Kebayakan, Jagong Jeget, Atu Lintang, Ketol, Bebesen, Silih Nara dan lainnya, berpotensi untuk pengembangan komoditi pertanian strategis ini.
Pemerintah melaui Kementerian Pertanian juga terus gencar untuk mengembangkan komoditi ini, karena permintaan konsumen akan komoditi ini setiap tahun juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Melalu program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, Kedele, Bawang Merah, Cabe, Sapid an Tebu (Upsus Pajale Babe Sate), Kementan juga terus menggenjot produksi bawang merah, termasuk di kabupaten Aceh Tengah.
Melalui program upsus tersebut, pada tahun 2017 ini Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah juga telah mengembangkan komoditi bawang merah ini di beberapa lokasi, diantaranya di kecamatan Jagong Jeget dan Bintang. Kegiatan yang didanai anggaran APBN Kementerian Pertanian ini cukup berhasil dilaksanakan di kabupaten Aceh Tengah. Di kecamatan Bintang misalnya, areal pengembangan bawang merah seluas 1 hektar yang berlokasi di kampung Genuren ini, juga terlihat berhasil dengan baik.
Seperti terlihat hari ini, Selasa (24/10/2017) saat Kepala Dinas Pertanian, drh. Rahmandi, M Si didampingi Camat, Kepala BPP Bintang, para tokoh masyarakat dan ulama di kecamatan Bintang melakukan penen pada lahan upsus tersebut. Rahmandi terlihat sumringah, hasil panen kali ini sangat memuaskan, bawang merah yang dihasilkan dari lahan tersebut sangat bagus kualitasnya dan cukup tinggi produktivitasnya. Pengembangan bawang merah di kampung Genuren ini dilaksanakan oleh petani dengan pendampingan oleh penyuluh pertanian di BPP Bintang.
Menurut Kabid Hortikultura, Busra Aradi yang mendampingi Kepala Dinas melakukan panen tersebut, dari lahan seluas 1 hektar tersebut mampu menghasilkan tidak kurang dari 6 ton bawang merah dengan kualitas baik. Menurutnya, produktivitas ini sudah hampir menyamai produktivitas nasional yang rata-rata mencapai 7 ton per hektar.
Sementara itu dihadapan Camat, ulama dan tokoh masyarakat, Babinsa dan para penyuluh dan petani setempat, Rahmandi menyampaikan apresiasi atas keberhasilan pengembangan bawang merah di daerah ini. Ini menunjukkan bahwa kecamatan Bintang memiliki potensi untuk pengembangan komoditi ini untuk skala yang lebih luas. Bagi petani di kecamatan Bintang sendiri, komoditi bawang merah sebenarnya bukan 'barang baru', karena jauh sebelumnya, para petani di kampung Rawe, masih di kecamatan Bintang, juga sudah lama mengembangkan komoditi ini, bahkan luasnya mencapai puluhan hektar.
Dari segi ekonomi, budidaya bawang merah juga sangat prospektif, karena harga bawang merah di pasaran termasuk relatif stabil. Kalaupun terjadi fluktuasi harga, biasanya tidak terlalu signifikan, sehingga usaha tani bawang merah tetap merupakan usaha yang menguntungkan petani.