Lihat ke Halaman Asli

Fathan Muhammad Taufiq

TERVERIFIKASI

PNS yang punya hobi menulis

"Multi Effect" Menulis di Kompasiana

Diperbarui: 23 Oktober 2017   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1, Salah satu efek manfaat saya menulis di kompasiana, menjadi Pemateri di Balai Diklat (Doc. FMT)

Tanpa terasa citizen media Kompasiana yang mengusung motto "Beyond Blogging" ini sudah menapaki usia 9 tahun, usia yang sudah cukup matang untuk sebuah media rame-rame yang mewadahi ribuan penulis dari berbagai tempat dan berbagai latar belakang profesi dan jenjang pendidikan. Saya juga bersyukur, karena sejak tiga tahun yang lalu, saya bisa bergabung bergabung dengan media yang ternyata dihuni oleh penulis-penulis hebat di negeri ini.

Saya jadi seperti mendapat kesempatan untuk "sekolah" di media warga ini, banyak pelajaran maupun pembelajaran yang bisa saya petik dari para Kompasianer senior seperti Iskandar 'Isjet' Zulkarnaen, Pepih Nugraha, Muhammad Armand, Tubagus Encep, Syukri Muhammad Syukri, Thamrin Sonata, Kevin Legionardo, Tjiptadinata Effendi, dan banyak lagi Kompasianer papan atas lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu saking banyaknya.

Selain menjadi "sekolah" bagi saya, Kompasiana akhirnya juga menjadi ajang mengasah kemampuan menulis saya. Karena selain di Kompasiana, saya juga coba-coba menulis di beberapa media cetak, khususnya media pertanian dan juga menulis di berbagai media online yang berbasis lokal, regional maupun nasional. Saya akui, saya belum bisa seproduktif Om Tjip atau Toean Muhammad Syukri yang sudah menghasilkan ribuan tulisan. Rapor terakhir saya baru menunjukkan angka statistik 359 tulisan, 149.288 hits, dengan 67 artikel HL dan 262 highlight, tentu belum merupakan angka yang bisa dibanggakan.

Memberi banyak manfaat
Namun rapor yang masih dalam kategori "cukup" ini sudah membuat saya merasa sangat bangga bisa bergabung dengan medianya "orang bisa" (mengutip istilahnya Mas Isjet) ini. Saya juga bersyukur, akhirnya bisa eksis menulis di berbagai media berkat 'pelajaran' yang saya dapatkan di 'sekolah' Kompasiana.Ini yang membuat saya ingin terus eksis menjadi bagian dari para Kompasianer pendahulu saya, karena semakin banyak saya menulis, ternyata semakin banyak pula manfaat yang saya dapatkan, baik bagi diri saya sendiri maupun bagi orang lain. 

Inilah yang kemudian membuat saya merasa ada kepuasan batin, karena ternyata aktifitas menulis di Kompasiana ternyata sangat relevan dengan pekerjaan utama saya sebagai pegawai negeri sipil yang fokus pada pembinaan petani. Relevansi itu dapat saya lihat dari azas manfaat yang menjadi efek dari aktivitas menulis saya, lebik berdampak kepada petani, penyuluh pertanian dan pembangunan sector pertanian, khususnya di daerah tempat saya mengabdikan diri.

a. Mengangkat potensi pertanian daerah

Manfaat pertama yang kemudian bisa menjadi sumbangsih saya untuk daerah Gayo di mana saya berdomisili dan mengabdikan diri adalah terngakatnya potensi pertanian di daerah kami. Entah itu sebuah kebetulan atau karena itu memang menjadi habitat saya, akhirnya artikel pertanian menjadi fokus utama dari tuilisan-tulisan saya di Kompasiana. Mungkin sampai 70 persen dari total tulisan saya di Kompasiana, adalah tulisan yang terkait dengan pertanian yang selama ini memang menjadi dunia saya. 

Kenangan indah kemudian terukir berkat sebuah tulisan saya di Kompasiana, saat saya belum genap setahun bergabung di media warga ini. Sebuah catatan kecil tentang kreativitas seorang penyuluh pertanian yang mampu "menyulap" limbah buah-buahan menjadi pupuk organic cair yang saya posting pada bulan Juni 2015 lalu, kemudian dilirik oleh broadcast nasional SCTV untuk dijadikan salah satu tayangan mereka. Dan hanya dalam tempo sekitar empat bulan, postingan saya di Kompasiana tersebut, sudah muncul dalam sebuah tayangan di televisi swasta nasional itu.

Yang membuat saya kemudian merasa bangga adalah tayangan tersebut bukan hanya mengangkat kiprah sang penyuluh pertanian kreatif itu, tapi potensi pertanian di dataran tinggi Gayo yang menjadi background tayangan tersebut juga ikut terangkat. Bahkan bukan hanya untuk sektor pertanian saja dapat dirasakan dampaknya, tapi juga pada sektor pariwisata daerah, karena lokasi syuting yang saya fasilitasi untuk pengambilan gambar, berlatar belakang Danau Laut Tawar yang merupakan salah satu destinasi wisata utama di daerah kami. 

Gambar 2, Syuting dan tayangan televisi yang mengangkat tulisan saya di Kompasiana (Doc. FMT)

Gambar 2, Syuting dan tayangan televisi yang mengangkat tulisan saya di Kompasiana (Doc. FMT)

Begitu juga dengan komoditi pertanian unggulan di daerah kami seperti kopi arabika Gayo, jeruk keprok Gayo, alpukat, nanas, terong belanda, kentang, apel dan sebagainya, juga ikut 'terangkat' melalui tulisan-tulisan saya. Meski banyak penulis lain yang juga pernah mengangkat tentang tema tersebut, tapi setidaknya saya sudah ikut andil dalam memublikasikan dan mempromosikan produk pertanian unggulan dari daerah ini. Dan ini yang kemudian secara tidak langsung,berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani. Karena dengan semakin dikenalnya produk-produk pertanian yang mereka hasilkan, semakin terbuka pangsa pasarnya.

Gambar 3, Jeruk Keprok Gayo, komoditi pertanian unggulan yang sering saya publikasikan lewat tulisan (Doc. FMT)

b. Memberi manfaat dan keuntungan bagi petani
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline