Lihat ke Halaman Asli

Fathan Muhammad Taufiq

TERVERIFIKASI

PNS yang punya hobi menulis

Sebuah Karya Kecil, Membuat Kenyataan Menjadi Lebih Indah dari "Mimpi"

Diperbarui: 23 Oktober 2017   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1, Komplek Balai Diklat Pertanian Aceh di Saree, Aceh Besar (Doc. FMT)

Tahun 1990 adalah awal bagiku memasuki 'dunia baru' sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kabupaten Aceh Tengah setelah beberapa tahun menjadi pekerja serabutan. Bermodalkan ijazah SMA yang kumiliki, Alhamdulillah aku bisa 'lolos dari lubang jarum' dalam seleksi penerimaan calon pegawai setahun sebelumnya, dan setelah dinyatakan lulus kemudian melengkapai berbagai berkas, akhirnya aku berhak mengantongi SK sebagai calon pegawai negeri sipil.

Entah dengan pertimbangan apa, begitu SK CPNS kuterima, aku langsung ditempatkan pada instansi yang mengurusi pertanian. Dan sejak saat itu mulailah aku berinteraksi dengan lingkungan baru pada Dinas Pertanian dan mulai banyak kenal dengan para penyuluh pertanian yang memang bernaung pada instansi tempat kerja baruku itu. Dari awal, aku memang sudah punya ketertarikan pada bidang penyuluhan pertanian ini, sayangnya dengan ijazah SLTA Umum yang kumiliki, aku tidak bisa masuk menjadi tenaga fungsional penyuluh pertanian, karena untuk menjadi penyuluh pertanian harus memiliki latar belakang pendikikan sekolah kejuruan di bidang pertanian.

Namun itu tidak memupuskan niatku untuk belajar ilmu tentang penyuluhan pertanian, karena aku beranggapan dengan profesi seperti itu akau akan bisa turun ke lapangan berinteraksi dan  membina para petani. Diam-diam aku mulai belajar secara tidak langsung dengan cara 'mendompleng' teman-teman sewaktu mereka melakukan pembinaan ke lapangan. Aku dapat merasakan keasyikan tersendiri saat berada di sawah atau kebun dan berinteraksi dengan para petani dengan segala seluk beluk aktifitas usaha tani mereka.

Satu hal lagi yang membuat aku tertarik dengan profesi penyuluh pertanian adalah ketika melihat teman-teman penyuluh secara periodik dikirim untuk mengikuti berbagai pelatihan teknis maupun pelatihan fungsional ke balai diklat. Saat membantu bagian umum membuatkan surat perintah tugas bagi penyuluh yang akan mengikuti pelatihan, disitu kemudian aku 'bermimpi', kapan aku bisa mendapat kesempatan seperti mereka. Ingin sekali aku memperdalam ilmu tentang pertanian melaui pelatihan seperti teman-teman penyuluh lainnya.

Balai Diklat Pertanian Aceh yang berlokasi di Saree, Aceh Besar yang waktu itu masih bernama Balai Latihan Penyuluh Pertanian (BLPP) adalah salah satu balai pelatihan yang paling sering menggelar pelatihan bagi para penyuluh pertanian. Aku berharap, suatu saat bisa 'menyelip' diantara para penyuluh yang dikirim oleh instansiku untuk mengikuti berbagai pelatihan. Namun harapan itu hanya jadi mimpi sia-sia belaka, karena dalam setiap surat pemanggilan peserta pelatihan, pihak BLPP selalu mencantumkan bahwa calon peserta pelatihan adalah pegawai yang berstatus sebagai penyuluh pertanian. Akhirnya aku harus 'mengubur' dalam-dalam mimpiku untuk bisa menginjakkan kaki di komplek balai pelatihan tersebut.

Tapi ternyata Allah sudah punya rencana berbeda, meski keinginanku untuk bisa 'mencicipi' pelatihan di BLPP Aceh itu tidak pernah kesampaian, namun akhirnya kesempatan untuk mengikuti pelatihan akhirnya datang juga. Balai Diklat Kehutanan Pematang Siantar, Sumatera Utara, menjadi balai diklat pertama yang akhirnya bisa kumasuki, kebetulan ada diklat tentang administrasi yang diselenggarakan disana dan aku direkomendasikan untuk menjadi salah seorang peserta. Itu terjadi tahun 1993, atau tiga tahun sejak aku diangkat menjadi pegawai negeri.

Meski tak sekalipun aku dikirim ke BLPP Aceh, namun akhirnya aku bisa juga menjejakkan kaki di balai pelatihan, bahkan di sebuah balai pelatihan regional yang menaungi 3 provinsi (Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat), namun karena pelatihan yang kuikuti adalah pelatihan adminitrasi, aku masih memendam keinginan untuk bisa ikut dalam pelatihan yang sifatnya teknis pertanian. Dan BLPP Aceh masih terus menjadi 'mimpi' bagiku untuk suatu saat bisa menginjakkan kaki disana.

Tahun demi tahun terus berlalu, namun mimpiku tetap jadi mimpi, tidak pernah sekalipun aku bisa menginjakkan kaki di satu-taunya balai pelatihan pertanian di provinsi Aceh itu. Namun belakangan aku justru mendapat kesempatan mengikuti pelatihan yang lebih baik di luar Aceh, seperti di Medan, Jakarta, Bandung, Bogor dan Malang, itu yang kemudian bisa mengobati kekecewaanku tidak pernah dikirim mengikuti pelatihan di BLPP Aceh.

Sebuah kebetulan mungkit, atua memang ini sudah diatur oleh Allah, sejak diangkat menjadi pegawai 27 tahun yang lalu, aku tidak pernah dimutasikan ke tempat lain, ini yang kemudian aku manfaatkan untuk terus belajar tentang ilmu pertanian secara otodidak. Membaca dan mencari berbagai referensi tentang pertanian, menjadi 'wahana' pembelajaran bagiku, selain sering 'mencuri' ilmu dari teman-teman penyuluh saat aku diajak 'turun' ke lapangan. Ini yang membuatku punya sedikit kefasihan di bidang yang kugeluti selama ini, pengalaman ini lah yang kemudian dibelakang hari menjadi inspirasi bagiku untuk menapaki dunia menulis yang kemudian membawaku ke 'dunia' yang lebih luas, bahkan melebihi kapasitasku yang hanya berstatus pegawai 'renul' (pegawai rendah)

Salah satu kelemahanku mungkin, meski kepingin memiliki ilmu tentang pertanian seperti teman-teman penyuluh, namun aku tidak punya keinginan untuk meraihnya melalui jalur pendidikan formal. Kalau teman-teman yang lain seakan 'berlomba' untuk meraih gelar sarjana mereka dengan mengikuti kuliah di perguruan tinggi swasta, aku justru tidak punya keinginan sedikitpun untuk mengikuti langkah teman-temanku itu. Aku lebih tertarik dengan belajar langsung melalui berbagai bahan bacaan maupun praktek langsung di lapangan. 

Aku jadi semakin asyik 'self learning' ketika kemudian aku mulai aktif menulis. Sebuah kebetulan, sudah ada media pertanian yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian) yang setiap edisinya juga dikirim ke instansi tempatku bekerja. Aku mulai coba-coba mengirimkan artikel-artikel singkat atau rilis berita ke media itu, dan Alhamdulillah sebagian besar artikel yang kukirim kemudian dimuat di media itu, Padahal waktu itu aku menulis masih menggunakan mesik ketik manual dan mengirimkan tulisanku melalui jasa pos. Aktifitas menulis itu aku jalani sampai beberapa tahun sebelum akhirnya kau vakum menulis seiring dengan aktivitas rutinku yang semakin bertambah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline