Pantan Terong merupakan kawasan puncak perbukitan di kabupaten Aceh Tengah yang memiliki panorama yang sangat indah, dari ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut ini, kita dapat memandang keindahan kota Takengon dengan Danau Laut Tawarnya layaknya sedang memandangi kota Bogor dari daerah Pucak, karena lokasinya memang tidak begitu jauh dari ibukota Kabupaten Aceh Tengah itu. Sejak beberapa tahun yang lalu, kawasan yang mulanya hanya berupa semak belukar ini, kini sudah menjelma menjadi lokasi wisata yang sudah ditata dengan cukup apik.
Akses jalan menuju puncak perbukitan ini juga sudah lumayan bagus, jalan yang cukup lebar dengan balutan aspal hotmix ini, sudah bisa dilalui berbagai jenis kendaraan. Meski medannya cukup menantang, menanjak dan berliku, namun kondisi jalan yang mulus, membuat para wisatawan dapat dengan mudah melintasi jalan menuju lokasi wisata ini. Berbagai fasilitas pariwisata juga sudah mulai dibangun di kawasan ini untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Hari Minggu atau hari-hari libur, kawasan ini sering dipadati wisatawan dari luar daerah bahkan mancanegara.
Tak hanya menyimpan keindahan panorama alam saja, kalau kita masuk lebih jauh ke kawasan ini, kita akan melihat hamparan lahan pertanian yang subur dengan berbagai jenis komoditi palawija dan hortikultura. Kawasan ini memang memilki potensi ratusan hektar lahan pertanian yang belakangan mulai digarap oleh para petani baik secara perorangan maupun melalui kelompok tani. Aneka tanaman palawija dan hortikultura seperti jagung manis, kacang merah, kentang, tomat, cabe, kol, wortel, ubi jalar dan lain-lainnya tumbuh dengan subur di daerah ini meskipun nyaris tanpa penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia secara berlebihan. Justru inilah yang menjadi salah satu keunggulan produk pertanian yang dihasilkan oleh kawasan ini, semuanyanya masih alami dan organik.
Komoditi kentang misalnya, cukup banyak dibudidayakan oleh para petani yang berasal dari desa-desa di sekitar Pantan Terong. Kondisi agroklimat yang sangat mendukung budidaya kentang, membuat para petani cukup antusias untuk mengembangkan usaha tani mereka di kawasan ini. Satu keuntungan lagi, di kawasan ini penanaman kentang nyaris tidak mengenal musim alias bisa ditanam sepanjang tahun.
Itulah sebabnya hampir setiap saat selalu ada produksi kentang dari daerah ini. Kondisi lahan berbukit justru menguntungkan petani, karena air selalu tiris, sehingga tanaman kentang tetap bisa diusahakan meski dalam musim hujan. Akses jalan yang sudah cukup baik, juga memudahkan petani untuk menmasarkan hasil pertanian mereka, sehingga mereka nyaris tidak pernah berhenti untuk membudidayakan komoditi ini, apalagi harga kentang di daerah ini, belakangan juga cukup stabil, sehingga dari analisa usaha tani, budidaya kentang di kawasan ini dinilai sangat menguntungkan petani.
Seperti yang sudah dilakoni oleh Ramli, seorang petani yang sudah menekuni budidaya kentang di kawasan Pantan Terong ini lebih dari 3 tahun. Senyum sumringah terlihat terpancar dari wajahnya saat memanen hasil tanaman kentangnya Minggu (11/12/2016) kemarin. Bermodalkan bibit kentang sebanyak 500 kilogram, Ramli berhasil memanen kentangnya lebih dari 6 ton dengan kualitas terbaik (Grade A) dan sekitar 2 ton dengan kualitas medium (Grade B dan C) atau totalnya 8 ton, sebuah hasil produksi yang cukup menggembirakan.
Untuk usaha tani kentang yang dilakukan di lahan seluas kurang lebih setengah hektar ini, dia mengeluarkan modal untuk bibit , pupuk dan obat-obatan sekitar 15 juta rupiah, kalau ditambah dengan biaya tenaga kerja, total biaya produksi yang dia keluarkan sekitar 20 juta rupiah. Sementara hasil yang dia dapatkan dari panen kentangnya mencapai 42 juta rupiah untuk kentang grade A yang harga jualnya Rp 7.000 per kilogramnya dan sekitar 8 juta rupiah dari kentang grade B dan C yang harga jualnya Rp 4.000 per kilogramnya. Dari budidaya kentang kali ini, Ramli bisa meraup keuntungan bersih sektar 30 juta rupiah selama 4 bulan, kalau di “pukul rata” , penghasilannya per bulan tidak kurang dari 7,5 juta rupiah.
Melihat potensi ekonominya yang lumayan menggiurkan itulah, Ramli selalu eksis untuk terus membudidayakan komoditi ini. Meski demikian kadang-kadang dia juga menyelingi tanamannya dengan Kol dan Wortel, kedua komoditi sayuran dataran tinggi ini juga cocok dikembangkan di kawasan ini. Namun dia tetap focus pada budidaya kentang, usha tani komoditi ini dinilai sangat menguntungkan karena harganya saat ini relative stabil eiring denganterus meningkatnya permintaan pasar.
Selain itu, karena produk pertanian yang dia hasilkan dari kawasan ini merupakan produk organic yang daya simpannya relative lebih tahan lama, dia nyaris tidak pernah merugi selama bertani kentang ini. Hanya sesekali saja dia mengalami gagal panen, itupun tidak sepenuhnya gagal, minimal masih bisa “balik modal”. Untuk memasarkan hasil pertaniannya, dia juga tidak mengalami kesulitan, karena pedagang pengumpul akan langsung menjemput hasil panennya ini di kebunnya yang memang berada tidak jauh dari jalan besar.
“Alhamdulillah panen kali ini cukup menggembirakan, hasil panen sesaui dengan yang saya harapkan, kebetulan harga pasar juga lagi bagus dan pemasarannya juga sangat mudah, ini membuat saya makin bersemangat untuk terus berusaha tani kentang ini kedepannya, lahan disini masih sangat luas, saya juga kepingin mengajak teman-teman lain untuk memnafaatkan potensi lahan ini untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan kami” ungkap Ramli dengan senyum mengembang melihat hasil panennya kali ini “Pernah juga kami gagal panen akibat kondisi cuaca yang krang bagus, tapi sejauh ini belum sempat membuat kami merugi, meskipun kadang-kadang gagal panen, setidaknya masih bisa pulang modal lah” lanjutnya.
Selama menekuni budidaya kentang ini, nyaris tidak ada kendala yang dialami Ramli, satu-satunya kendala yang sering dia hadapi adalah agak sulitnya mendapatkan bibit kentang. Namun kendala ini sudah mulai dapat dia atasi dengan membuat bibit sendiri, sebagian hasil panennya sengaja tidak dia jual, tapi dijadikan bibit kembali. Memang untuk membuat bibit sendiri butuh waktu yang cukup lama, bisa sampai 3 – 4 bulan untuk bisa menghasilkan bibit yang bagus.