“Salah satu kunci keberhasilan kami dalam membudidayakan komoditi cabe dan juga komoditi lainnya adalah pemilihan bibit yang baik dan penggunaan pupuk organik, karena bibit yang baik sangat resistan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, sementara penggunaan pupuk organik, akan membuat tanaman bisa bertahan hidup lebih lama, dan tentunya produktivitasnya akan lebih tinggi” jelas Safrin Zailani kepada para peserta diklat.
Sudah enam hari ini, 30 penyuluh pertanian di Kbupaten Aceh Tengah ini mengikuti Diklat Tematik Komoditi Cabe Merah yang digelar oleh Balai Diklat Pertanian Aceh di BP3K Bies, Aceh Tengah, namun para penyuluh itu masih tetap antusias mengikuti rangkaian kegiatan diklat ini. Ini dibuktikan dengan tidak ada seorangpun peserta yang membolos dari pelatihan, sepertinya mereka menyadari bahwa diklat ini sangat penting untuk meningkatkan kapasitas mereka. Apalagi materi yang disajikan dalam diklat ini memang terkait erat dengan potensi pertanian yang ada di kabupaten ini, begitu juga dengan nara sumber, praktisi dan pengajar dalam diklat ini, memang sangat kompeten di bidangnya dan mempunyai gaya penyampaian yang menarik, sehingga para peserta diklat tidak merasa jenuh.
Memasuki hari keenam, hari Selasa (23/8/2016) kemarin, para peserta di ajak untuk belajar diluar kelas melalui kegitan praktek lapang setelah lima hari sebelumnya menerima pembelajaran teoritis di dalam kelas. Obyek praktek lapang bagi peserta diklat ini adalah BP3K Linge yang berada di Kampung Peregen, Isaq, sekitar 42 km dari Takengon. Dipilihnya lokasi praktek lapang ini, karena memang sesuai dengan tema diklat yaitu teknis budidaya Cabe Merah, karena selama ini BP3K Linge dibawah koordinasi Safrin Zailani, SP, secara rutin membudidayakan cabe di lahan BP3K.
Antusias para peserta Diklat sudah terlihat saat berkumpul di Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah, menunggu keberangkatan ke lokasi praktek lapang. Senyum ceria diselingi canda ringan para penyuluh yang pagi kemarin tampil dengan atribut lengkap penyuluh yaitu rompi hijau dan ransel penyuluh, terlihat menghiasi wajah para pembina dan pendamping petani itu. Tepat jam 9.30, dua bus yang sudah disiapkan panitia, mulai beranjak meninggalakan kawasan Pegasing menyusuri jalan menajak dan berliku menuju lokasi praktek lapang di kecamatan Linge.
Sekitar satu jam perjalanan, para peserta diklat pun sampai dengan selamat di komplek BP3K Linge. Sambil menikmati segelas kopi dan snack berupa tape ubi yang merupakan produk pangan olahan khas gari Gelampang Gading, Isaq, para peserta mendapatkan arahan dari ketua panitia diklat, Fathan. Kepada para peserta, Kasubbid. Pelatihan ini mengingatkan kepada peserta untuk focus kepada obyek praktek lapang, mulai dari aspek pengolahan lahan, pemilihan bibit, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit tanaman sampai dengan panen dan pasca panen. Lebih lanjut Fathan menjelaskan bahwa hasil praktek lapang ini harus dituangkan dalam bentuk laporan tertulis oleh para peserta dan merupakan salah sati criteria penilaian bagi para peserta diklat.
Dipandu oleh Safrin Zailani, SP, Mulyadi, SP dan Sudarmi, SP, para peserta diklat terlihat serius mengamati tanaman cabe yang ada di lahan BP3K Linge itu. Kepada para peserta diklat, Safrin yang sudah 5 tahun bertugas di BP3K Linge ini menjelaskan bahwa kunci utama dalam budidaya cabe adalah pemilihan bibit yang baik dan penggunaan pupuk organik.
“Salah satu kunci keberhasilan kami dalam membudidayakan komoditi cabe dan juga komoditi lainnya adalah pemilihan bibit yang baik dan penggunaan pupuk organik, karena bibit yang baik sangat resistan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, sementara penggunaan pupuk organik, akan membuat tanaman bisa bertahan hidup lebih lama, dan tentunya produktivitasnya akan lebih tinggi” jelas SafrinZailanikepada para peserta diklat.
Ucapan Safrin memang terbukti, meski tanaman cabe yang sudah beberapa kali panen ini ditanam pada saat curah hujan minim, namun tidak terlihat adanya keriting daun maupun serangan virus kuning, begitu juga dengan buah cabe yang dihasilkan juga berkualitas sangat baik, meski agak kekurangan airakibat kemarau panjang tapi, buah cabe yang dihasilkan, bentuknya nyaris sempurna. Hal ini diakui oleh salah seorang peserta diklat, Majemi Adam Malik, dia mersa kagum melihat budidaya cebe yang dikelola oleh Safrin bersama para penyuluh pertanian yang ada di kecamatan Linge ini.
“Saya salut sama pak Safrin, meski ditanam di musim kemarau, tanaman cabe ini tetap menghasilkan buah yang bagus dan tidak terlihat adanya serangan virus kuning maupun antraknose yang menyebabkan keriting daun, kami merasa beruntung bisa belajar praktek lapang di tempat ini” ungkap Majemi, penyuluh yang bertugas di Pameu, Rusip Antara ini.
Usai melakukan pengamatan langsung di lahan seluas kurang lebih 2 hektar itu, para peserta pun di ajak untuk menikmati makan siang di pinggir Kali Sampe, menikmati makan siang di pinggir sungai berbati dengan air jernih yang menaglir deras itu, memang terasa nikmat, sampai ada beberapa peserta diklat yang menghabiskan dua bungkus nasi, karena panitia memang sengaja menyediakan konsumsi lebih.
Kalau peserta berangkat lewat jalur Takengon – Isak melalui kawasan Bur Lintang, untuk rute kembali, pesrta memilih jalur melingkar melalui lintas Isaq – Simpang Penarun – Bintang – Takengon. Jalur pulang ini memang lebih jauh, namun peserta terlihat senang, karena bisa menikmati jalana mulus dengan pemandangan kawasan hutan pinus. Di tengah perjalanan pulang, para peserta pun sempat singgah di sebuah kafe yang berada di kawasan Gelampang untuk beristirahat sejenak sambil menikmati kopi dan snack. Suasana ceria masih tetap terlihat, nyaris tidak nampak wajah-wajah lelah dari para peserta diklat.