Lihat ke Halaman Asli

Fathan Muhammad Taufiq

TERVERIFIKASI

PNS yang punya hobi menulis

Pasar Paya Ilang Takengon, Pasarnya Petani Gayo

Diperbarui: 6 April 2016   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gambar 1, Sayuran segar yang dijajakan di Pasar Paya ilang, Takengon. Doc. FMT"][/caption]Selain dikenal sebagai daerah penghasil kopi arabika terbaik di dunia, potensi komoditi hortikultura, khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan khas dataran tinggi di Kabupaten Aceh Tengah, sangat luar biasa. Setiap hari, para petani di Dataran Tinggi Gayo ini menghasilkan puluhan ton sayuran seperti kentang, tomat, cabe, kol, dan wotel, begitu juga dengan buah-buahan spesifik dataran tinggi seperti alpukat, jeruk keprok dan markisa, banyak dihasilkan oleh para petani di daerah ini.

Para petani di Dataran Tinggi Gayo menanam komoditi pertanian tersebut, tentu bertujuan saja untuk memperoleh penghasilan tambahan selain dari komoditi kopi yang memang menjadi tumpuan utama pendapatan mereka, tapi ada juga sebagian petani yang memang hanya mengandalkan komoditi hortikultura ini sebagai penghasilan utama mereka. Itulah sebabnya dari tahun ke tahun, produksi dari berbagai komoditi hortikultura ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Maka pasar merupakan tumpuan utama untuk terus menggerakkan roda perekonomian para petani Gayo ini, tak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen lokal, tapi juga untuk memenuhi permintaan pasar di luar daerah, karena memang hanya sekitar 20 persen produksi pertanian ini yang bisa terserap oleh pasar lokal.

Untuk mewadahi pemasaran hasil pertanian para petani Gayo ini, pada tahun 1990 an, pemerintah melalui Departemen Pertanian (sekarang Kementerian Pertanian) pernah membuat pasar petani di daerah ini, tepatnya di kawasan Pasar Bale Atu, yang terletak persis di pusat Kota Takengon. Dengan fasilitasi berupa paying besar, kotak dan keranjang plastik besar, para petani di daerah ini diberikan tempat untuk menjual langsung produk pertanian yang mereka hasilkan di para ini. Keberadaan pasar petani ini sangat menguntungkan petani, karena mereka dapat bertransaksi langsung degan para konsumen sehingga profit margin yang mereka terima juga bisa lebih besar. 

Namun, seiring dengan perkembangan kota, keberadaan pasar petani ini semakin tidak memadai, khususnya dari segi areal. Terbatasnya areal pasar yang juga menjadi satu dengan toko-toko yang menjual sembako serta terminal angkotan kota membuat pasar petani ini tidak mampu lagi menampung para petani yang ingin menjual hasil pertanian mereka disini. Para petani yang tidak tertampung di dalam pasar kemudian membuka “lapak” di luar pasar, sampai ke jalan-jalan sehingga kondisinya menjadi semrawut dan mengganggu pengguna jalan.

Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah kemudian memberikan “solusi sementara” dengan merelokasi para petani yang juga merangkap pedagang komoditi pertanian itu ke kawasan Jalan Putri Ijo, tapi dengan batas waktu perjualan dari pukul 06.00  sampai pukul 10.00 karena kawasan relokasi itu sendiri sejatinya merupakan jalan yang juga dimanfaatkan oleh para pengguna jalan untuk lalu lintas kendaraan. Meski dari aspek areal, lokasi ini cukup memadai dan mampu menampung ratusan pedagang, tetap saja akhirnya menimbulkan masalah karena memang lokasi itu bukan peruntukan untuk tempat berjualan. Para petani yang menjual hasil pertanian mereka terpaksa harus main “kucing-kucingan” dengan petugas Satpol PP ketika jualan mereka masih banyak yang belum terjual, sementara batas waktu berjualan sudah habis.

Melihat kondisi yang mulai mengarah menjadi tidak kondusif, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah kembali “memutar otak” untuk memberikan solusi permanen bagi para petani di daerah ini untuk bisa melakukan jual-beli produk pertanian mereka dengan nyaman dan layak. Di satu sisi, pemerintah kabupaten ingin agar para petani dapat menjual hasil pertanian mereka sehingga para mampu meningkatkan taraf ekonomi mereka, sementara di sisi lain pemerintah juga menginginkan keindahan dan kebersihan kota dingin yang menjadi salah satu destinasi wisata itu tetap terjaga.

Ada sebuah lokasi tak jauh dari pusat Kota Takengon yang kemudian “diincar” oleh pemerintah kabupaten untuk menjadi tempat permanen bagi para petani untuk memasarkan produk pertanian mereka. Dengan berbagai kajian dan pertimbangan, akhirnya kawasan Paya Ilang yang dulunya merupakan rawa yang tidak produktif, kemudian “disulap” menjadi sebuah pasar yang salah satu fungsinya adalah memberi ruang kepada para petani Gayo untuk memasarkan produk pertanian mereka karena sebanyak apa pun pruduk pertanian yang mereka hasilkan, jika tidak tertampung oleh pasar, petani juga yang akhirnya dirugikan.

Agaknya pilihan pemerintah kabupaten tidak meleset. Kawasan paya yang kemudian di”reklamasi” tersebut merupakan kawasan strategis untuk menjadi pusat perekonomian baru warga Gayo, apalagi tak jauh dari tempat itu, sebuah terminal terpadu yang menjadi pusat transaksi jasa transportasi antarkabupaten dan antarprovinsi juga sudah dibangun. Begitu juga jalan lingkar dari berbagai jurusan menuju kawasan itu juga sudah terlebih dahulu dibuka sehingga masyarakat bisa mengakses lokasi ini dari berbagai arah.

Tidak perlu proses berbelit untuk membangun pasar ini karena kebetulan berlokasi di kawasan lahan milik pemerintah sehingga tidak perlu anggaran untuk pembebasan lahan. Namun, karena lokasi ini merupakan bekas paya, kesulitan terbesar yang dihadapi pemerintah kabupaten untuk membangun pasar ini adalah penimbunan yang membutuhkan ribuan kubik tanah timbunan. Namun, proses ini pun tidak berlangsung lama karena pemerintah kabupaten sudah menganggarkan dana yang cukup untuk pembangunan pasar ini.

Pebangunan infrastruktur pasar berupa los dan lapak berjualan kemudian berjalan sesuai schedule yang telah direncanakan, dan pada pertengan tahun 2014, tepatnya 17 Juli 2014, pasar yang kemudian diberi nama sama dengan nama lokasi tersebut, resmi difungsikan. Karena arealnya memang lumayan luas, Pasar Paya Ilang tidak hanya diperuntukkan bagi para petani untuk menjual hasil pertanian mereka, tapi juga diperuntukkan bagi para pedagang yang menjajakan berbagai kebutuhan masyarakat.

Dengan beroperasinya Pasar Paya Ilang, para petani di Gayo pun merasa lega karena mereka kini dapat melakukan transaksi jual-beli hasil pertanian mereka dengan tenang dan nyaman. Bagian depan pasar yang merupakan gerbang dari pasar ini saat ini sudah dipenuhi oleh para petani dan pedagang dan petani yang menjual berbagai produk hortikultura yang dihasilkan oleh para petani di daerah ini. Jadi, sekilas Pasar Paya Ilang terlihat seperti pasarnya petani, namun ketika para pengunjung keudian masuk lebih dalam lagi, mereka juga bisa memperoleh berbagai kebutuhan sehari-hari mereka di pasar ini. Jadi, dengan mengunjungi Pasar Paya Ilang, para pengunjung sudah bisa memperoleh semua barang yang mereka butuhkan. Tentu ini menjadi lebih efektif dan efisien bagi ara pengunjung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline