Lihat ke Halaman Asli

Fathan Muhammad Taufiq

TERVERIFIKASI

PNS yang punya hobi menulis

Bagaimana “Membaca” Curah Hujan, Banjir dan Longsor

Diperbarui: 13 Oktober 2022   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: sejumlah petugas gabungan mengevakuasi korban jiwa di rumah-rumah yang rusak akibat banjir dan longsor di dua kecamatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu (25/6/2022). (Foto: KOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN) 

(Berbagi Pengalaman Dari Sekolah Lapang Iklim BMKG)

Pada saat di beberapa wilayah Sumatera, Jawa dan Kalimantan sedang dilanda kekeringan seperti saat ini, justru di wilayah Aceh, khususnya di bagian tengah, curah hujan nyaris melanda daerah ini sepanjang tahun. 

Bahkan, memasuki bulan Oktober, 2015, intensitas curah hujan semakin meningkat dan masuk kategori di atas normal. Tingginya curah hujan di wilayah tengah Aceh dalam dua minggu terakhir ini juga telah berdampak terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di empat kabupaten yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara. 

Beberapa ruas jalan tertimbun longsor sehingga arus transportasi yang menghubungkan keempat daerah tersebut dengan daerah lainnya terganggu, begitu juga banjir bandang yang melanda daerah ini juga teah menimbulkan kerusakan infra struktur jalan dan jembatan, pemukiman warga dan ratusan hektare lahan pertanian.

Menyikapi tingginya intensitas curah hujan dalam bulan Oktober 2015 ini, kembali mengingatkan saya ketika saya mengikuti Sekolah Lapang Iklim yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada tahun 2011 yang lalu. 

Dalam kegiatan sekolah lapang yang diikuti oleh para petugas pengamat curah hujan dan beberapa kelompok tani tersebut, para peserta di ajarkan bagaimana “membaca” kondisi iklim dan cuaca serta dampaknya dalam bentuk simulasi, sehingga dapat langsung diterapkan untuk mengamati gejala alam tersebut secara langsung dengan melakukan pengamatan terhadap kondisi di lapangan.

Bagaiamana “membaca” curah hujan?

Curah hujan biasanya di amati dan di ukur intensitasnya dengan menggunakan alat penakar curah hujan baik yang bersifat manual. 

Sekilas, penggunaan alat penakar curah hujan tersebut hanya berfungsi untuk menghitung berapa curah hujan yang terjadi di lokasi tempat terpasangnya alat penakar curah hujan tersebut. 

Data yang tercatat dari hasil pengukuran setiap hari kemudian dikirimkan secara berkala ke BMKG untuk dijadikan dasar menyusun anlisis dan prakiraan curah hujan pada bulan berikutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline