Lihat ke Halaman Asli

Fathan Muhammad Taufiq

TERVERIFIKASI

PNS yang punya hobi menulis

Kebijakan-kebijakan "Aneh" Anies Baswedan

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melihat biografi Anies Baswedan, aku sangat terkagum-kagum dengan tokoh muda  yang lahir pada 7 Mei 1969 ini, otaknya brilian, kiprah okademiknya oke, gagasan dan tulisan-tulisannya cemerlang. Begitu juga karirnya yang melejit bak roket luar angkasa, berawal sebagai peneliti di Lembaga Survey Indonesia tahun 2005, Advisor Bidang Desentralisasi dan Otonomi Daerah Tahun 2006, dan dalam usia masih sangat muda 38 tahun, dia sudah dilantik sebagai Rektor Universitas Paramadina, meneruskan jejak Almarhum Dr. Nurcholis Madjid. Karir politiknya mulai bersinar ketika pada tahun 2009, presiden Susilo Bambang Yudoyono merekrutnya sebagai anggota Tim 8 yang fokus terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan korupsi, selain itu Anies juga sering tampil di layar kaca sebagai presenter beberapa tayangan talk show di Metro TV.

Memasuki pusaran Pemilihan Presiden tahun 2014, awalnya Anies mencoba peruntungan lewat Konvensi Calon Presiden yang digelar Partai Demokrat, bersaing dengan 10 kandidat lain seperti Dahlan Iskan, Mahfud MD, Gita Wiryawan dan nama-nama beken lainnya, namun karena konvensi itu akhirnya mengambang terkait terpuruknya perolehan Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif, akhirnya Anies pun mulai “banting stir

Anies kemudian memposisikan diri di barisan depan pendukung pasangan Calon Presiden Jokowi-JK yang kahirnya memenangkan pertarungan dengan menyingkirkan satu-satunya pasangan rival Prabowo-Hatta. Kemenangan pasangan Jokowi-JK membuat bargaining position Anies semakin melonjak, masuk sebagai salah satu anggota Tim Transisi bersama Rini Soemarno, akhirnya Anis melenggang ke kursi Kabinet Kerja sebgai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Begitu memasuki atmosfer pemerintahan Jokowi-JK, Anies pun harus mampu beradapdati dengan fenomena “revolusi mental” yang menjadi slogan sang presiden. Salah satu proses adaptasi yang harus dilakoni Anies adalah “membuang” dan “mengeliminir” semua kebijakan yang di anggap sebgai peninggalan rezim SBY dan kabinetnya, proses inilah yang kemudian dianggap oleh sebagian kalangan terasa agak “aneh” kalo melihat kapasitas Doktor lulusan Northren Illionis University ini.

Langkah pertama yang dilakukan Anies sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah “menganulir” Kurikulum 2013 yang merupakan kebijakan pendahulunya Muhammad Nuh, kebijakan yang sebenarnya baru dalam taraf sosialisasi dan belum sepenuhnya diterapkan itu akhirnya masuk “tong sampah”. Yang agak aneh, justru Anies “memungut kembali” kurikulum 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sebenarnya juga “produk” pemerintahan SBY. Sudahlah, meski kedengarannya aneh, tapi mungkin pak Menteri punya pertimbangan sendiri yang mungkin belum sempat dipublikasikan.

Masalah kurikulum belum lagi kelar, belum lama ini pak Menteri juga mengeluarkan (atau mewacanakan) kebijakan yang kedengarannya juga aneh, khususnya bagi umat islam yang merupakan mayoritas di negeri ini. Anies mewacanakan untuk “menyeragamkan” cara berdo’a bagi para murid atau siswa di sekolah, do’a pembuka pelajaran yang diterpakan di sekolah-sekolah umum, biasanya mengacu kepada mayoritas pemeluk agama di sekolah itu, namun dalam perspektif Anies, mungkin ini di anggap sebagai bentuk “diskrimansi” bagi kaum minoritas. Kebijakan yang sebenarnya simple dan sepele ini mungkin saja bisa menjadi polemik berkepanjangan, karena sepertinya “mengabaikan” kearifan local yang selama ini tumbuh dan berkembang di masyarakat. Tidak kurang dari da’i kondang Ustadz Yusuf Mansyur dan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan masih banyak tokoh agama lainnya menyorot tajam kebijakan yang agak “janggal” ini.

Belum lagi genap 2 bulan, Anis menduduki “kursi panas” di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini, sudah mulai menuai kontroversi dari berbagai kalangan, entah kebijakan apa lagi yang akan di tempuh oleh pak menteri yang satu ini, tapi sebagai salah seorang warga Negara yang patuh pada aturan baku, aku berharap Anies tidak lagi mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang “aneh-aneh”, karena kemeterian yang dipimpinnya saat ini merupakan institusi yang sangat menentukan nasib dan kemajuan bangsa ini 20 sampai 30 tahun kedepan. Aku tidak ingin menlihat Anies “terpeleset” oleh kebijakannya sendiri, karena biar bagaimanapun, secara pribadi aku adalah salah seorang pengagumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline