Pagi kuberanjak lekas menjumput rejeki
Mengarungi lorong kehidupan
Keriuhan pasar menenggelamkanku
Beban yang kubawa terasa jadi ringan
Setelah satu dua sapa
Setelah oceh nakal bocah sudut pasar
Tapi kepedihan hari lalu kembali membayang
Kujalani lagi lorong kehidupan
Kutinggalkan Pagi di keriuhan pasar meredup
Kumenemui Siang di pengap asap kotaku
Ada wajah wajah murka dihadapan Siang
Ada wajah wajah kecewa di kanannya
Ada wajah wajah sinis di kirinya
Tapi juga kulihat wajah wajah berpengharapan diselanya
Beban yang kubawa terasa jadi ringan
Tapi kepedihan hari lalu kembali membayang
Dengan langkah terseret
Kutinggalkan Siang di bak sampah batas kotaku
Penuh debu dosa kehidupan seluruh ragaku
Tusukan onak duri di hutan ranggas sadarkan jalanku
Tertatih aku menuju Pohon Jati disudut sana
Bersama, kuhela beban yang kubawa
Dibawah Pohon Jati itu
Aku sandarkan jiwaku
Juga luka raga dan debu dosaku
Dan beban hari lalu
Saat itulah Sang Waktu menemuiku
Dan memintaku untuk bersama ke Istananya
Tak bisa lagi kupenuhi janjiku kepada Senja
Sang Waktu mengangkat semua debu dosa dan luka raga
Dan beban hari lalu
Maafkan aku Senja,
Tak bisa menemanimu menemui Malam
Istana Sang Waktu mendekap hangat dan membebaskanku
Dari semua kepedihan dan dosaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H