Pembantu Rumah Tangga, atau Asisten Rumah Tangga, atau apapun sebutannya adala orang yang sangat berjasa dalam kehidupan keluarga. Apalagi PRT yang mempunyai karakter dan perilaku positif, rajin, tahu ada, penuh kasih sayang apalagi ada sedikit unsur ikhlas dalam seorang PRT. Pasti sangat ideal dan diidam idamkan bagi keluarga.
Dulu,waktu aku kecil, aku tinggal dirumah kakek- nenek dari pihak ibu. Kakekku yang seorang pengusaha bangunan, dan nenekku yang pedagang di pasar mempunyai seorang pembantu yang kami sebut Mbok Kar. Mbok Kar ini suku Jawa yang asalnya dari kampung kakekku di Ngawi, sebuah kota kecil berjarak 5 jam dari rumah kakekku tinggal
Pada awalnya aku nggak tahu kalau Mbok Kar ini statusnya Pembantu Rumah Tangga dibrumah kakek. Ya, kakek, nenek serta adek adek ibu selalu memanggil Bu Lek. Bahkan kami seisibrumah sangat hormat dan sayang pada Mbok Kar. Bahkan setiap tamu yang datang, atau orang yg datang berkunjung ke rumah kakek-nenek selalu bilang Mbok Kar adalah adek nenek. Padahal semua tahu bahwa kakek nenekku orang keturunan Tionghoa. Tapi nenekku tidak kalah menjawab. Adek sepupu jauh.
Mbok Kar atau Bu lek Kar, adalah orang yang sangat rajin. Setiap selesai subuh Mbok Kar sudah pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi bagi kami seisi rumah. Ya, karena seisi rumah akan beraktivitas, kecuali aku yang kala itu masih kecil. Aku masih ingat, setiap sarapan Mbok Kar bukanya menunggu di dapur, seperti di sinetron sinetron yang ditayangkan di televisi. tapi dia juga ikut nimbrung sarapan bersama. Malah saat sarapan itulah kami berdialog, bercakap dan bercengkerama apa saja. Mulai cerita menu apa yg hari ini mau dimasak, cerita anaknya yang dikampung sampai harga bahan bangunan bisa menjadi cerita di pagi hari. Menurut Ibuku biasanya Mbok Kar juga sambil menggendong aku.
Mbok Kar,walaupun status sebetulnya sebagai PRT, kami semua menganggap Mbok Kar bagian dari keluarga. Apapun kebutuhan atau permasalahan Mbok menjadi bagian dari tanggungjawab keluarga Kakek- Nenekku. Bahkan saat Mbok Kar sakit, menjadi tanggung jawab keluarga kakek. Bahkan waktu Mbok Kar mengawinkan anaknya, kami semua keluarga Kakek- nenek ikut terlibat aktif dan menganggap yang menikah adalah anak Kakek- nenek. Bahkan waktu usia nya sudah uzur Mbok Kar tinggal dan dirawat oleh adek ibu yang paling kecil. Bahkan sampai meninggalnya Mbok Kar, semua urusan pemakaman dan lain sebagainya menjadi tanggungan anak anak Kakek- nenek . Sampai sekarang keturunan Mbok Kar menganggap bahwa kami juga bagian dari keluarga.
Dari cerita diatas, aku mau menyampaikan bahwa PRT itu begitu penting keberadaanya bagi sebuah keluarga. Bahkan jika bisa terjadi hubungan yang saling menghargai PRT bisa menjadi bagian dari keluarga besar yang tentunya sangat baik bagi peningkatan silaturahmi dan interaksi sosial yang lebih besar.
Pertanyaannya yang kemudian muncu adalah apakah PRT itu pekerja formal atau informal. Bagiku formal atau informal sebetulnya sangat tergantung dari sampai sejauh mana motivasi kedua belah pihak . Disisi PRT, apakah dia menjadi PRT sekedar untuk mencari penghasilan atau untuk penuh mengabdi (ngenger) untuk membina hubungan yang lebih dalam dan panjang. Disisi lain, apakah sang majikan hanya memandang PRT sekedar dianggap bawahan yang hanya murni cari duit atau dianggap sebagai bagian keluarga yang sedikit banyak ikut bertanggungjawab akan situasi rumahtangganya.
Lalu bagaimana dengan perkembangan saat ini. Di dunia yang semakin modern dan semakin kapitalis situasi yang kuceritakan mungkin sudah dianggap cerita khayal. Sulit menemukan hubungan PRT dan majikan yang terjadi seperti yang saya alami dulu. Ya, dunia yang semakin modern dan hedonis saat ini, hubungan antar manusia, dan interaksi sosial selalu didasari dengan kontrak ekonomi dan motivasi ekonomi. Hubungan sosial selalu selalu didasar ' aku dapat apa, kau bisa kasih aku apa'. Jika situasinya begini, maka yang paling dirugikan adalah yang lemah posisinya. Dalam hal ini PRT. Situasi begini PRT rawan dieksploitasi dan majikan akan semena mena. Tentunya kalau sudah begini situasinya PRT membutuhkan perlindungan hukum untuk melindungi nasib dan hak haknya.
Masih teringat waktu meninggal kakek saya, anak Mbok Kar menangis tersedu sedan. Disamping sedih , dia teringat akan kuliahnya yang pasti putus ditengah jalan karena kakek meninggal. Kala itu aku teringat, setelah 7 hari meninggal kakak Ibu langsung memboyong Mbok Kar dan dua anaknya ke Blitar. Bu De Nanik, aku memanggil kakak ibu itu, mengambil alih tanggung jawab kakek sampai kedua anak Mbok Kar selesai kuliah .
Adakah di zaman yang serba hedonis dan nateristis ini, kita temukan hubungan PRT- majikan yang saling menguntungkan?... Mari kita lihat sama sama. Dan semoga itu ada
#WongNdeso