Lihat ke Halaman Asli

Sunyi dalam Perpustakaan Hati

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam diam ada tanda jamak yang mengukir kata-kata lewat tajamnya bibir. Seperti pedang yang menghunus, menghujam dada, pada keterasingan makna yang sebelumnya tidak diterjemahkan dalam perpustakaan hati.

Aku hanya bisa berlari, tanpa sedikitpun mengoreksi kata-kata yang sudah ribuan abad menjelma jadi puisi dalam dada. Ada kerinduan yang hilang dama sunyi, kerinduan menjadi diri sendiri. Menembus batas kemanusiaan, dalam kisah-kisah kesesatan, yang meleset maknanya menjadi setan.

Dalam sunyi, aku menemukan setitik cahaya, yang lahir dari hati yang tulus. Untuk menebar senyum, tanpa pamrih sedikitpun. Bairlah sunyi menjadi sunyi, dan aku tetap beridiri tanpa meski berharap belas kasih orang. Sebab aku lahir untuk hidup dan kemanusiaan, seperti yang diajarakan Nabi dalam agama.

Masduri,

Surabaya, 15 Nopember 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline