Lihat ke Halaman Asli

Jangan Main-main dengan Tahun Baru

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1293797738332673131

Momentum tahun baru, merupakan ekspresi kebahagian sekaligus kesedihan. Mengapa kebahagian, karena kita akan memulai hidup baru ditahun baru, tahun yang sebelumnya belum kita sentuh, dan berharap ada peningkatan hidup dari tahun yang lalu. Mengapa juga kesedihan, karena kita akan meninggalkan tahun 2010, tahun penuh kenangan manis dan kesedihan, dan kita masih terlalu eman berpisah dengnnya—2011—kerena terlalu banyak waktu yang terbuang sia-sia, tanpa ada perubahan sejarah besar dalam hidup ini. Yang paling nampak ketika kita memasuki tahun baru, berarti umur kita bertambah—makin tua—dimana secara logika kemanusian, ketika umur bertambah berarti kematian akan semakin dekat pada diri kita .

Dilema persepsi tantang Tahun baru, adalah wujud dari watak kemanusian, bahwa manusia memang tak pernah puas dengan apa yang didapat, ketika waktu terlanjur berlalu, ia baru sadar bahwa waktu begitu berharga dalam hidup. Seandainya bisa diminta, Tahun 2010 ingin diulang kembali, dengan penuh semangat akan melakukan perubahan-perubahan kearah masa depan yang lebih cerah. Tapi meminta hal ini, seperti berharap hujan dimusim kemarau, mustahil adanya.

Memasuki tahun baru, banyak acara-acara seremonial dilakukan untuk menyambut kedatngannya. Tidak saja hal-hal yang fositif, seperti pesta bersama, konser, lebih dari itu biasanya banyak kegiatan-kegiatan membahayakan digelar dalam rangka menyambut datangnya tahun baru, mislanya mabuk-mabukan, kross sepeda, hingga kadang terjadi kecelakaan, bahkan sampek terjadi tawuran antar geng pemuda.

Mengingat tahun baru bukan ajang bermain-main, tidak etis rasnya jika dirayakan dengan hal-hal yang tidak fositif. Banyak hal yang bisa dilakukan, dalam menyambut kehadirannya. Namun jangan sampai berdampak sosial yang tidak baik. Dan juga, dari tahun kemaren yang banyak kita saksikan, acara-acara dalam menyambut tahun baru biasanya hanya cenderung seremoni, tanpa ada subtansi nilai yang semestinya kita ambil dari sana. Selepas perayaan, tak ada bekas dalam diri kita mengenai hikmah dari perayaan itu.

[caption id="attachment_82692" align="alignleft" width="205" caption="doc.jakarta.go.id"][/caption]

Dari pada sia-sia, perayaan menyambut tahun baru perlu dipikirkan matang-matang. Jika perlu perlu ada perayaan nasional, agar semangat nasionalisme anak bangsa kembali berkobar. Acara nasional ini bisa diformat dengan menampilkan tradisi-tradisi kebudayaan yang ada diberbagai penjuru negeri. Misalnya dengan mengadakan pekan seni, selama semiggu full ditahun baru nanti dilaksanakan penampilan-penampilan budaya lokal Indonesia. Dengan seperti ini, setidaknya kebudayaan yang mulai tergilas budaya global bisa kembali menggugah masyarakat Indonesia, untuk menjaga dan melestarikan apa yang telah diwariskan nenek moyangnya.

Dengan begitu tahun baru akan bermakna lebih menggairahkan, ketimbang melakukan hal-hal yang tak jelas menfaatnya. Karena tahun baru bukan berarti kita harus merubah segalanya menjadi baru, dan melupakan hal-hal lama yang sebenarnya menyimpan banyak manfaat pada hidup kita. Bahkan sejarah masa lalu dapat menjadi jalan bagi kita merefleksikan diri, dalam belajar memperbaiki kekurangan dimasa lalu. Selamat tahun baru!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline