Lihat ke Halaman Asli

Adat Bertamu, Adab Keluarga

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya malas membuat definisi. Kita tahu artinya: bertamu. Bertamu termasuk salah satu upaya dan cara membangun hubungan baik dengan orang lain. Mengapa saya ingin mengajak berbincang tentang bertamu. Sebab saya berfikir setiap desa dan adat mempunyai cara bertamu yang berbeda pula. Dan adat bertamu adalah adab keluarga.

Dalam adat Jawa dan saya kira di banyak adat di Indonesia kunjungan pertemuan yang paling resmi yaitu tamu untuk meminang calon pengantin. Pertemuan resmi sebelum dua keluarga saling menyatakan satu sama lain sebagai keluarga besar karena ikatan perkawinan, maka pertemuan itu juga menjadi sangat penting. Pada zaman perempuan belum cukup bebas, saat perempuan masih dijodohkan orang tua, maka saat itu penting dan berguna untuk calon pengantin pria dan segenap keluarga “menyaksikan” (nontoni) calon mempelai putri. Pada zaman sekarang dimana perempuan lebih bebas khususnya kaum muda bebas memilih calon jodoh, maka orang tua dan keluarga menjadi berkepentingan untuk “nontoni”.Itulah pentingnya pertamuan, kunjungan bertamu satu ini, sebelum saat perkawinan nanti.

Persiapan pesta pernikahan sudah menjadi umum tahu mesti bagaimana repotnya. Maka sekarang ada saja lembaga event organizer yang menata pertemuan pertamuan itu. Demikian memberi kesempatan untuk keluarga dapat berbenah diri untuk persiapan secara intern demi pertemuan pertamuan itu.

Sesuai dengan tujuan yang inti hingga yang seremonial dan yang tambahan banyak hal yang perlu dipersiapkan. Persiapan yang matang dan lengkap tanpa ada yang tercecer dari perhatian itu demi suksesnya pertemuan pertamuan itu. Dari pakaian, pembicara wakil keluarga, peñata acara, para penerima tamu, pendamping pengantin/ calon pengantin, lampu ruangan, soundssystem, hiasan, pokoknya bukan main … Orang jawa mengatakan “melaksanakan” pesta, khususnya untuk perkawinan atau apa saja yang menyangkut pertemuan dengan pertemuan besar,dikatakan “ewuh”, artinya repot. Ewuh berarti repot, diidentikkan dengan menyelenggarakan pertemuan pertamuan yang pasti serba repot. Pasti setiap penyelenggaraan ada saja yang nantinya dianggap kurang pas. “Ewuh” punya kepanjangan yaitu “kewuhan” artinya “serba tidak enak” sukar dipilih sukar dihindari, harus tetapi tidak mengenakkan. Ewuh juga secara keseluruhan hal yang kurang mengenakkan tetapi tidak bias dihindari, harus ditempuh dilaksanakan dengan resiko. Yang tidak mengenakkan kebanyakan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan kekeluargaan antara tuan rumah dan para tamu. Apa itu ?

Kembali disederhanakan pada hal bertamu maka kita lihat adanya : Kebutuhan orang bertamu dan kebutuhan tuan rumah orang tempat kita mau bertamu. Catatan pertama saya semakin umum: orang bertamu dengan dirancang, minimal waktunya. Pemberian tahu sebelumnya dalam bertamu semakin menjadi keharusan. Sama-sama:tamu dan tuan rumah akan selalu dalam kesulitan dengan “bertamu” spontan tanpa pemberi tahuan. Banyak kali saya dibantu oleh HP sekedar untuk memberi tahu kedatangan. Komunikasi dan alatnya sekarang ini tidak lagi menjadi masalah.

Suatu hal yang mengherankan saat ini pertemuan pertamuan DPR kita ke Australia…lembaga Negaralayaknya membawa adab bangsa……kok… Apa ada udang besar kali disana……

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline