Saya memulai dari banyak pernyataan yang mirip dan saya ambilkan salah satu peranyataan salah kaprah ini. Dikatakan bahwa:
“Keberadaan toko modern memang buah simalaka bagi pemerintah. Di satu sisi toko modern sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat modern. Kendati demikian, toko modern menjadi pesaing bagi keberadaan pasar tradisonal, meskipun keduanya memiliki pangsa pasar atau konsumen berbeda.”
Tidak ada situasi nyata seperti ungkapan di atas. Ini dibuat-buat. Pernyataan ini adalah korban iklan, korban promosi, dan korban sesat pikir, bagaimana mungkin rakyat yang harus dibela kok dibuat dilemma dengan toko korporasi kapitalistik?. Sangat aneh. Faktanya adalah mengapa masyarakat memilih pasar modern berjejaring adalah dikarenakan adanya struktur kesempatan yang dibuka bebas oleh pihak otoritas yaitu pemerintah daerah. Mereka buka di lokasi strategis, tidak sedikit berdiri di atas tanah kas desa, tidak sedikit yang memvandal regulasi dengan kongkalikong dengan pihak tertentu mulai dari proses perizinan sampai proses penyamaran dengan nama took modern yang berbau lokal. Gilanya, semua daerah punya aturan/regulasi perlindungan pasar rakyat tetapi faktanya tak ada atau hanya sedikit yang ditegakkan. Bukan hanya lowenforcmenet yang lemah payah, tetapi mental senang dijajah itu sangat buruk sekali memenjarah pikiran dan nurani. Ini tulisan diniatkan untuk berkeras se keras-kerasnya kepada siapa saja yang menjadi barisan perampas sumber kesejahteraan rakyat.
Siapa Toko Modern Berjejaring itu?
Indofood Group merupakan perusahaan pertama yang menjadi pionir lahirnya mini market di Indonesia pada tahun 1988. Kemudian Hero Supermarket mendirikan Starmart pada tahun 1991. Di susul Alfa Group mendirikan Alfa Minimart pada tahun 1999 yang kemudian berubah menjadi Alfamart. Dalam hitungan tahun, mini market telah menyebar ke berbagai daerah seiring dengan perubahan orientasi konsumen dalam pola berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Dulu konsumen hanya mengejar harga murah, sekarang tidak hanya itu saja tetapi kenyamanan berbelanja pun menjadi daya tarik tersendiri. Daya tarik semu akibat konstruksi media/sosial.
PT. Indomarco Prismatama (Indofood Group) juga ternyata tidak saja pemilik merk Indomaret, tetapi juga mendirikan mini market Omi, Ceriamart, dan Citimart lewat anak perusahaannya yang lain. Belum lagi didukung dengan distribusi barang, bahkan juga sebagai produsen beberapa merk kebutuhan pokok sehari-hari. Semua dikuasai dari hulu sampai hilir. Dari sabang sampai merauke.
Selain Alfamart dan Indomaret masihbanyak pemain minimarket lain. Sebut saja Circle K, Starmart, Yomart,AMPM, dan beberapa nama lainnya (termasuk pemain lokal). Namun, yang tampak di mata warga adalah adu kuat antara Alfamart dan Indomaret. Semua orang tahu, kedua merek minimarket ini super agresif mengesploitasi pasar dari kota, perumahan, sampai perkampungan sunyi. Saking ketatnya bersaing, mereka seperti tak peduli dengan kedekatan lokasi tokonya dengan pasar tradisional, kelontong, warung tetangga. Di beberapa tempat ada satu gerai Indomaret diapit dua Alfamart juga banya tempat berada dekat pasar rakyat. Ya, ama sekali mereka tiada peduli keberadaan warung dan pasar rakyat. Bisnis yang tidak menguntungan daerah ini, seperti membabi buta merampas sumber kesejahteraan rakyat dengan makin terpingirnya pasar rakyat (warung tradisional).