Lihat ke Halaman Asli

Baraan: Tradisi Hari Raya di Bengkalis

Diperbarui: 6 Juli 2016   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istilah "baraan" mungkin terambil dari bahasa arab "برء = ba-ra-a" yang artinya membebaskan atau mengampuni. Dan masyarakat islam nusantara menggunakan istilah "baraan" sebagai bentuk kesyukuran karena telah terbebas dari api neraka (itqun minan nar) dan telah pula diampuni segala dosa (magfirah), sebagaimana telah dijanjikan kepada orang yang berpuasa.

Dasar amalan kesyukuran berbentuk "baraan" adalah firman Allah swt "agar kalian bersyukur" seperti disebutkan di ujung rangkaian ayat yang berkaitan dengan puasa:

...وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"...dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu takbir (mengagungkan Allah) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur"

Tradisi "baraan" dilaksanakan dengan cara kunjung-mengunjungi dari rumah ke rumah secara bersama-sama  dan bergiliran.

Saat kunjungan, dilaksanakan berbagai kegiatan ritual budaya keagamaan, seperti membaca barzanji/diba'/marhaban dan ditutup bacaan tahlil dan do'a. Tetapi hari ini kebanyakan cukup dengan membaca tahlil dan do'a saja, itupun dibuat seringkas mungkin.

Setelah atau sebelum acara ritual budaya keagamaan, dilaksanakanlah jamuan makan bersama. Ada berbagai jenis makanan disediakan: kebanyakan ketupat dengan lauk pauk yang beraneka rupa, termasuk kueh mueh dan buah-buahan serta aneka macam minuman.

Di sisi lain, kunjungan itu dimaksudkan untuk menjalin silaturrahmi dan memohon kemaafan lahir dan batin atas segala khilaf dan salah, yang disengaja maupun yang tidak.

Ada banyak model dan bentuk permaafan. Setiap etnis dan tempat memiliki model dan bentuknya sendiri. Contoh masyarakat etnis jawa: mereka menggunakan bahasa tubuh yang unik: sungkeman, disamping juga memiliki rangkaian kata permaafan yang lebih panjang dibandingkan etnis lain. Berikut kalimat permaafan model jawa:

"Katur dhumateng ngarsanipun Bapak/Ibu/Simbah/,dll, ingkang sepisan kula badhe ngaturaken sungkem pangabekti kula dhumateng Bapak/Ibu/Simbah/,dll, ingkang kaping kalih kula ngaturaken sugeng riyadi sedaya lepat kula nyuwun pangapunten lan sageta kalebur wonten ing dinten riyadi punika lantaran Bapak/Ibu/Simbah/,dll. Ingkang saklajengipun kula ugi nyuwun pangestu mugi-mugi menapa ingkang dados panggayuh kula saged kalaksanan. Cekap atur kula.”

Meskipun berbeda model dan bentuk, tetapi substansinya sama, yaitu mohon maaf lahir batin, diringi dengan saling mendo'akan: minal aidin wal faizin (ar: semoga kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang kembali kepada fithrah (islam) dan mendapat kesuksesan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline