Lihat ke Halaman Asli

daryo susmanto

Pembelajar

Melejitkan Potensi Menulis Guru

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14196662411598270585

[caption id="attachment_386444" align="alignnone" width="298" caption="Psereta dan Pemateri TWC#4"][/caption]

Hari kedua TWC#4, penulis merasa terus termotivasi untuk selalu membuat tulisan-tulisan yang diperoleh dari kegiatan ini. Ada tiga sesi yang perlu dibuat reviewnya dari pagi sampai siang, yakni dari Ibu Margaretha, Bapak Hernowo Hasim, dan dari Kak Kusumo

Materi diawali dengan pemaparan tentang “Manfaat Menulis Bagi Guru”. Dalam pengantar materinya, Ibu Margaretha mengatakan bahwa semua guru pasti bisa menulis, tetapi tidak semua guru bisa menulis di media. Dengan menulis kita akan mudah mengingat apa yang kita pelajari. Kalau mendengar saja kita kerap lupa. Dengan tulisan kita bisa berbagi... baik rasa maupun pemikiran.

Kia bisa menulis melalui evaluasi diri baik berupaya kegagalan maupun keberhasilan. Kita bisa menyampaikan pengalaman-pengalaman pribadi kita selama menjadi guru, baik pengalaman yang berupa kegagalan maupun yang berupa keberhasilan. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki diri sekaligus barangkali bermanfaat bagi orang lain agar tidak terjadi kegagalan seperti yang kita alami atau agar berhasil seperti yang kita alami pula.

Bagaimana agar kita mampu menulis, tentu kita harus mampu memperkaya diri. Kita juga perlu mengetahui hambatan menulis dan bagaimana mendobraknya.

Salah satu hambatan yang kerap muncul dari guru-guru yang hendak menulis adalah hambatan waktu. Kita kerap disibukkan oleh tugas-tugas administrasi sekolah, banyak kegiatan sekolah maupun luar sekolah, belum termasuk pekerjaan pekerjaan di rumah. Hambatan selanjutnya adalah kepercayaan diri. Kita kerap tidak percaya diri dan merasa tulisan kita tidak bagus, tidak layak baca, dan banyak kekurangan sehingga kita malah urung untuk menulis. Kita juga merasa tulisan kita biasa-biasa saja, jangan-jangan tulisan kita tidak dibaca oleh orang lain.

Lalu bagaimana kita mendobrak hambatan-hambatan itu? Menulislah kapan saja atau setiap waktu, jangan pernah menunda saat muncul ide, kita bisa menulis di handphone, buku harian, atau alat apapun agar ide itu tidak hilang. Menulislah terus tanpa harus takut orang lain membaca atau tidak. Biarkan orang lain yang menilai tulisan kita.

Apa saja yang perlu ditulis oleh guru? 1. Tulis artikel, ceritakan pemikiranmu; 2. Tulis cerita, inspirasikan siswa; 3. Tulis inspirasi, motivasi diri dan orang lain 4. Tulis kekayaan hati, wariskan bagi generasi mendatang;  5.Tulis warisan, bagikan pengetahuan; 6. Tulis pengetahuan, jadikan hidup kita kekal.

Sesi kedua diisi oleh penulis buku-buku best seller, yakni Bapak Hernowo Hasim. Beliau yang menyajikan materi tentang tips-tips menulis (Writting Tips).

Tips pertama yang disampaikan oleh Hernowo adalah deep reading, bacalah secara mendalam buku-buku best seller atau karya-karya penulis ternama, dari situ kita akan mampu menemukan gaya penulisan setiap penulis yang nantinya akan berpengaruh terhadap gaya tulisan kita juga.

Tips yang kedua adalah Free Writting atau menulis bebas sesuai dengan gaya kita. Gunakan otak kanan kita sehingga apa yang akan kita tulis tidak terlalu lama dipikirkan sehingga beresiko hilang dari pemikiran. Kurangi copy paste dari penulis yang sudah ada. Ini juga akan mengasah alur pikiran kita. Semakin kita sering copy paste semakin lemah analisis kita. Selanjutnya kurangi berpikir negatif terhadap diri sendiri atau apapun termasuk terhadap tulisan kita atau orang lain.

Tips ketiga adalah mengikat makna. Agar tulisan kita menggugah bagi pembacanya, maka tulisan-tulisan kita harus sarat makna. Ini lah yang perlu terus dilatih oleh para guru yang ingin melejit sebagai penulis.

Hernowo pun menambahkan perlu mind mapping untuk memulai tulisan kita dari satu kata berkembang ke ratusan atau ribuan kata.

Adapun materi ketiga tentang Ice Breaking yang disampaikan oleh Kak Kusumo. Ice breaking sebagai pemecah kebekuan dalam kegiatan belajar mengajar perlu dimiliki oleh guru. Asumsinya bahwa anak akan mudah belajar jika dalam suasana senang bukan suasana tegang. Inilah salah satu alasan kenapa ice breaking perlu dikuasai oleh guru. (DS-PP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline