Perjalanan menuju Selat Panjang, Kab. Kepulauan Meranti Tak ubahnya mengikuti Duathlon (cabang olahraga : lari-sepeda-lari), karena kita harus menggunakan moda transportasi speed boat dari Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru menyusuri sungai Siak menuju Pelabuhan di Perawang, dilanjutkan perjalanan darat dengan bus menuju pelabuhan Tanjung Buton, dan diakhiri dengan speed boat sampai Pelabuhan Selat Panjang, perjalanan yang cukup menyita energi karena membutuhkan waktu tempuh sekitar empat jam.
Lelahnya perjalanan terbayar begitu sampai di tujuan, kekayaan budaya setempat memberikan pengalaman baru yang memperkaya wawasan, Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Setelah mengikuti kemeriahan Cian Cui pada hari pertama kedatangan kami, esoknya, pagi hari kami awali dengan menikmati secangkir kopi khas Selat Panjang sembari bmenungu keberangkatan kami meninjau Klaster sagu di Sungai Tohor yang dikembangkan Bank Indonesia Provinsi Riau bersama dinas Perkebunan dan hortikultura Kab. Kepulauan Meranti.
Pada tahun 2016 BImembantu mendirikan kilang sagu untuk kelompok tani Sungai Tohor, bilasebelumnya petani langsung menjual tual sagu, kini mereka bisa mengolah tualsagu menjadi sagu basah. Pada tahun 2016, produksi kilang sagu tersebut telah mencapai 354 ton, atau setara Rp700 juta (dengan asumsi harga tepung sagu basahRp1.900-Rp2.000), dengan keuntungan bersih mencapai Rp85 juta.
Tidak cukup hanya sampai sagu basah, inovasi terus dilakukan, sampai menghasilkan produk turunan berupagula sagu, yang menurut sejumlah penelitian memiliki keunggulan, yaitu amanbagi penderita diabetes. Saat ini kelompok binaan BI, telah berhasil memproduksi gula cair dan gula sagu bubuk/kristal yang pertama di Indonesia. Tahap selanjutnya, gula tersebut akan dibawa ke dinas/badan terkait untuk memperoleh sertifikasi layak konsumsi dan standar mutu. Diharapkan nantinya kita akan memiliki sumber pangan alternatif berupa tepung sagu dan gula sagu untuk mendukung program ketahanan pangan, dan bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya bagi kelompok tani yang kini menjadi binaan BI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H