/i/
Sia-sia saja detik bergerak berdetak di rasa,
yang kugenggam telanjur sudah dan tanpa aba-aba.
Ketika kita saling bertukar bola mata, setara berdua atau satu sama.
Saat aku gagal membaca setiap gerak-geriknya,
kau malah berhasil sampai dengan peta
lalu menenun helai demi helai menjadi baju penghangat warna jingga.
Aku akan pulang dengan segera,
menemui panjang kedua lenganmu yang apa adanya,
yang kau tenun helai demi helainya sebagai baju penghangat warna jingga.
/ii/