Lihat ke Halaman Asli

Masbukhin

Wirausaha dan Pelaku E-Commerce

Tips Kelola Kampus Era Gen Z

Diperbarui: 3 Agustus 2024   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kampus swasta, rupanya, selalu mengalami penurunan minat calon mahasiswa. Bahkan terus berkurang. Dr Budi Djatmiko, Ketua Asosiasi Perguruan TInggi Swasta, menyebut setiap tahun jumlah pendaftar di kampus swasta turun sebesar 15 persen. Faktor yang sangat berpengaruh, rupanya, adalah perbedaan demografi calon mahasiswa. Saat ini calon mahasiswa didominasi Gen Z, yakni remaja kelahiran 1997-2012.

Kondisi ini tentu perlu mendapat perhatian dari pengelola kampus. Sebab jumlah kampus swasta itu sangat banyak. Dari sekitar 4.500 kampus se Indonesia, hanya 100 kampus saja yang berstatus negeri. Maka pengelola harus adaptif dengan kebutuhan Gen Z, termasuk ekspektasi mereka. Dan berikut ini beberapa tips yang bisa dirumuskan oleh pengelola kampus agar mendapat perhatian dari Gen Z

Mindset Teknologi Digital

Hal utama yang perlu berubah adalah mindset para pengelola kampus, khususnya para pimpinan. Mereka rata-rata generasi lama yang cenderung berpegang dan percaya diri dengan manajemen gaya lama. Sementara calon  mahasiswanya, sejak lahir, tumbuh besar, hingga remaja, sudah kenal teknologi. Bahkan sejak bayi. Maka mindset pengelola kampus mutlak berubah, harus melek teknologi digital.

Salah satu bentuk perubahan mindset ini, sudah tampak pada beberapa kampus. Dulu kampus menerima calon mahasiswa jalur prestasi, hanya berpatokan pada prestasi akademis. Khususnya nilai rapor atau nilai ujian. Kadang ditambah dari prestasi atas bakat atau keahlian, seperti olahraga dan seni. Kini ada kampus yang menerima calon mahasiswa dengan jumlah pengikut alias follower media sosial yang besar. Dan begitu sejenisnya.

Perkuat Reputasi

Setelah mindset pimpinan kampus beradaptasi, maka perlu diturunkan ke jajaran pengelola dibawahnya. Sehingga ekosistem kampus melek teknologi digital bisa terbentuk. Berikutnya mengenalkan ekosistem itu kepada publik untuk memperkuat reputasi. Kampus harus mempromosikan dirinya sebagai lembaga yang melek fasilitas digital. Media promosinya juga sudah berbasis media sosial dan teknologi.

Satu contoh diterapkan oleh Akademi Inovasi Indonesia. Kampus ini menerapkan Teaching Factory. Kurikulum didesain berbasis praktik. Karya praktikum yang berupa produk dijual langsung lewat media sosial. Rupanya cara ini menarik perhatian Gen Z. Generasi yang memang tidak bisa lagi didikte atau diceramahi atau diberitahu benar salah saja. Gen Z harus diajak praktik langsung sekaligus pengalaman kerja.

Reputasi juga bisa dibangun dengan meningkatkan status akreditasi. Juga bisa dengan memperbanyak penghargaan internasional. Juga bisa dengan penciptaan inovasi berbasis kekayaan intelektual. Kampus Muhammadiyah di Jawa Timur misalnya, sampai menjadi sponsor klub sepak bola Persebaya. Atau Politeknik Negeri Ketapang yang membangun reputasi dari daerah terpencil.

 

Perkuliahan Berbasis AI

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline