Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Widodo

Yohanes Widodo a.k.a masboi. Peminat komunikasi, media, dan jurnalisme. Tamat dari Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan master in Applied Communication Sciecne, Wageningen University, The Netherlands. Mengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ngeblog di http://www.masboi.com Bisa dihubungi di masboi@yahoo.com

Radio Komunitas Internet untuk Orang Muda

Diperbarui: 30 Agustus 2019   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber


Media dan orang muda bisa dibilang dua hal tak terpisahkan. Hampir semua media, baik koran, majalah, radio, dan televisi menjadikan orang muda sebagai target media dan menjadikan orang muda sebagai obyek, sasaran, konsumen yang menggunakan dan menikmati media.

Kini, pelan tapi pasti, kondisi itu mulai berubah. Internet mengubah orang muda yang selama ini menjadi obyek berubah menjadi subyek, yang seblumnya konsumen beralih menjadi produsen informasi. Banyak orang muda yang aktif di jurnalisme warga (citizen journalism) berbasis blog, website komunitas, Youtube, dan lain-lain. 

Di dunia penyiaran, kini berkembang gerakan penyiaran warga (citizen broadcasting) siaran radio atau televisi online. Dengan fasilitas komputer/laptop, mikrofon, dan jaringan internet, orang muda bisa menjadi penyiar radio atau televise dari kamar masing-masing, tanpa harus membangun pemancar, master control dan ruang siaran. 


Karakteristik radio internet 

Radio Internet menjadi medium strategis karena memiliki keunggulan atau keunikan. Pertama, kesetaraan. Selama ini radio konvensional cenderung bersifat satu arah cenderung berjarak dengan pendengarnya. 

Radio Internet lebih ‘setara’ dan tak berjarakk karena pendengara dan penyiaran biasanya sudah saling mengenal di komunitas yang diikuti. Suatu saat, pendengar bisa berganti peran jadi penyiar, begitu pun sebaliknya. 

Kedua, interaktivitas. Radio Internet biasanya ditandai dengan adanya percakapan atau interaksi yang terjalin melalui fasilitas email, chating, chatbox, Twitter, Facebook, dan lain-lain. Internet memungkinkan interaksi antara pendengar dan penyiar maupun antarpendengar secara simultan. 

Ketiga, fleksibilitas, terutama dalam hal manajemen dan waktu siaran. Beberapa radio Internet tidak punya jadwal siaran rutin seperti radio pada umumnya karena siaran bergantung pada waktu luang atau mood penyiar. Maklum, siaran di radio komunitas Internet bukanlah pekerjaan profesional (Info Komputer, 06/01/2012). 

Namun, ada beberapa radio yang bisa melakukan siaran 24 jam nonstop. Ini dimungkinkan, karena radio tersebut memiliki kru atau penyiar yang cukup banyak. Internet juga menjadikan radio makin dekat dengan audiensnya. 

Pendengar yang sebelumnya pasif kini mampu menjadi pemegang kendali program-program radio. Misalnya, di Radio Las Vegas, seluruh musik diprogram atau ditentukan pendengarnya melalui layanan Jelli.com. Inovasi ini menjadikan radio makin personal dan menyesuaikan diri dengan kemauan pendengarnya. 

Komunitas lokal dan diaspora 

Ada sejumlah radio Internet yang dikembangkan oleh orang muda berbasis komunitas lokal dan diaspora. Di Yogyakarta terdapat Radio Qwerty Pamityang2an (http://web.pamityang2an.com) yang diciptakan sekelompok orang muda penggiat komunitas di Yayasan Umar Kayam (YUK). Radio ini lebih banyak memutar playlist lagu tanpa penyiar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline